TEMPO.CO, Jakarta - Putera Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman akan membicarakan masalah Iran dalam pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa, 20 Maret 2018, waktu Amerika. Topik ini sangat akrab bagi Trump, dimana pada bulan lalu dia berdiskusi dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Baca: Mohammed bin Salman ke Amerika Serikat Tingkatkan Kerja Sama
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggelar pertemuan dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Iran telah menjadi pemersatu negara-negara Timur Tengah. Akan tetapi, Israel dan Arab Saudi melihat Iran sebuah ancaman serius terhadap kedua negara. Walhasil, Arab Saudi dan Israel saat ini bertukar intelijen dan saling bekerja sama. Perdana Menteri Netanyahu gembira dengan persahabatan baru ini.
Baca: Kunjungan MBS ke Amerika Serikat, Arab Saudi Investasi Rp 2.000 T
Baca Juga:
Dikutip dari www.cnbc.com pada Rabu, 21 Maret 2018, dalam sebuah wawancara Mohammed bin Salman membandingkan Pemimpin Iran Ayatollah Khamenei dengan Adolf Hitler. Putera Mahkota itu juga menyebut kesepakatan nuklir Iran adalah sebuah perjanjian yang cacat. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang baru diharapkan bisa meninjau kembali atas kemungkinan Amerika Serikat menghentikan kesepakatan nuklir Iran, yang dibuat pada era pemerintahan Barack Obama.
Sebelumnya dikutip dari situs www.aljazeera.com pada 16 Maret 2018, Mohammed bin Salman mengungkapkan kesiapan pihaknya untuk mengembangkan senjata-senjata nuklir untuk menghadapi Iran.
“Arab Saudi tidak menginginkan satu pun bom nuklir. Namun tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan sebuah bom nuklir, maka kami pun akan mengikutinya segera,” kata Mohammed bin Salman, yang lebih dikenal dengan sebut MbS.
Kerajaan Arab Saudi telah mengekspresikan kekhawatiran secara terbuka atas hal yang dilihat negara itu sebagai pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah. Untuk itu, Arab Saudi pun meningkatkan upayanya untuk menahan apa yang dianggap negara itu sebagai perluasan pengaruh Iran, termasuk di Yaman.