TEMPO.CO, Washington -- Pemeritah Amerika Serikat mengenakan sanksi kepada dua lembaga intelejen Rusia yaitu Federal Security Service dan Main Intelligence Directorate. Dua lembaga ini bagian dari 5 entitas dan 19 entitas dalam sanksi baru, yang diumumkan Kementerian Keuangan AS ini, terkait serangan siber terhadap instalasi listrik Amerika dan intervensi pilpres AS pada 2016. Ada enam individu yang terkena sanksi dan bekerja untuk intelijen Rusia.
"Bakal ada sanksi baru kepada pejabat pemerintah Rusia dan tokoh di sana terkait tindakan mendestabilisasi," kata Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dalam pengumuman sanksi ini Kamis, 15 Maret 2018. Dia tidak mengungkapkan kapan sanksi lanjutan akan diumumkan. Sanksi seperti ini kerap diumumkan untuk melarang warga dan perusahaan AS menjalin transaksi bisnis dengan rekannya di negara yang terkena sanksi dalam hal ini Rusia. Sanksi juga bisa berbentuk pembekuan aset para individu dan entitas yang tercantum dalam daftar.
Baca: PBB: Rusia dan Amerika Serikat Penyebab Kematian di Suriah
Media Reuters melansir ini merupakan sanksi terbesar yang dilakukan pemerintah Presiden Donald Trump kepada Rusia sejak memerintah pada Januari 2017.
Baca: Amerika Vs Rusia: Belasan Tentara Bayaran Wagner Pro Suriah ...
Sanksi ini menyasar tindakan serangan siber terhadap AS, yang diklaim terjadi sekitar dua tahun lalu terhadap instalasi listrik dan nuklir.
Namun, tokoh Partai Demokrat dari Komite Intelejen DPR, Adam Schiff, mengatakan sanksi ini mengecewakan. "Ini jauh dari harapan atas serangan terhadap demokrasi dan untuk mencegah eskalasi agresi Rusia," kata Schiff, yang menuding Rusia terlibat dalam serangan senjata kimia di negara sahabat yaitu Inggris.
Sedangkan tokoh Partai Republik, Ketua Komite Urusan Luar Negeri, Ed Royce, mengatakan,"Tindakan pada hari ini, menggunakan kewenangan yang diberikan Kongres, merupakan langkah penting bagi pemerintah. Namun pemerintah harus melakukan lebih." Dia mendesak Trump memberikan sanksi kepada Rusia karena terlibat penyerangan racun terhadap bekas intel di Inggris.
Menanggapi sanksi baru Amerika ini, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengatakan negaranya menyiapkan balasan.