TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan di Twitter pada Selasa pagi bahwa dia memecat Menteri Luar Negeri, Rex Tillerson, dari pemerintahannya. Langkah ini diambil menyusul ketegangan ketegangan yang terjadi antara keduanya selama hampir setahun terakhir.
"Terima kasih untuk Rex Tillerson atas jasanya! Saya pikir Rex akan lebih bahagia sekarang," kata Trump saat mengumumkan pemecatan diplomat top di kabinet Trump seperti dikutip dari CNN, Selasa, 13 Maret 2018.
Baca: Trump Pecat Rex Tillerson, Tunjuk Direktur CIA Jadi Menlu AS
Trump juga mengatakan Direktur CIA Mike Pompeo sekarang akan memimpin Kementerian Luar Negeri.
Seperti dilansir Newsweek pada 13 Maret 2018, salah satu alasan kuat di balik keputusan mengejutkan Trump itu adalah terkait pernyataan Tillerson yang mendukung temuan Inggris bahwa adanya keterlibatan Rusia di balik serangan senjata kimia di Inggris minggu lalu yang menargetkan agen ganda Rusia.
Baca: Trump Dukung Klaim Inggris Soal Racun Eks Intel Rusia
Meski Trump mengaku bahwa dia membuat keputusan sendiri dan mengatakan keduanya "membicarakan hal ini untuk waktu yang lama, namun diketahui bahwa kebijakan luar negeri Trump telah berulang kali bentrok dengan Tillerson.
Inilah lima alasan mengapa Trump memecat Tillerson dari berbagai sumber:
1. Sedangkan media Fox News mengklaim alasan pemberhentian Tillerson adalah karena Trump membutuhkan tim yang solid menjelang pertemuan puncak dengan Kim Jong Un pada Mei nanti. Jika Tillerson ternyata tidak mendukung penuh pertemuan puncak ini, maka Trump akan terganggu saat memasuki perundingan bersejarah ini.
2. Pada Senin, 12 Maret 2018, seperti dilansir Newsweek, Tillerson mengatakan bahwa dia mendukung kesimpulan pemerintah Inggris, dengan mengatakan racun itu jelas berasal dari Rusia. Menurutnya serangan racun saraf terhadap eks agen ganda Rusia di Inggris berasal dari Rusia dengan sepengetahuan pemerintah Rusia.
Tillerson juga mengatakan kepada wartawan bahwa serangan tersebut tentu akan memicu respons tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Gedung Putih ataupun Trump.
3. Oktober lalu, Trump menantang diplomat utamanya untuk mengikuti tes IQ setelah dilaporkan bahwa Tillerson telah menyebutnya "orang bodoh" setelah bertemu di Pentagon. Selama pertemuan itu, Trump meminta kenaikan stok senjata nuklir Amerika yang bertentangan dengan perjanjian internasional.
4. Media USA Today melansir hubungan kedunya memburuk karena Tillerson pernah mencoba menjalin komunikasi dengan Korea Utara. Trump mengecam tindakan itu dan menyebutnya sia-sia saj.
5. Trump dan Tillerson kerpa bentrok terkait pendekatan terhadap Korea Utara dan program senjata nuklirnya yang intensif. Musim panas lalu, saat ketegangan meningkat saat Kim Jong Un dan Trump saling menghina, Tillerson mengatakan bahwa AS lebih ingin menyelesaikan ini melalui perundingan daripada opsi militer yang menurut Gedung Putih telah siap di atas meja.
Pekan lalu, Tillerson mengatakan bahwa pertemuan yang akan datang antara Trump dan Kim akan berfokus pada "pembicaraan" daripada "negosiasi." Namun presiden tampaknya mengharapkan kesepakatan dengan Kim mengenai denuklirisasi.
6. Trump tidak setuju dengan pendekatan kebijakan Tillerson mengenai apakah AS harus menengahi dalam perselisihan antara Qatar dan Arab Saudi. Keduanya juga tidak setuju apakah AS harus menarik diri dari kesepakatan Iran yang ditengahi pada 2015 untuk menghentikan pembangunan senjata nuklir negara tersebut.
7. Tillerson yang frustrasi hampir mengundurkan diri tahun lalu, setelah Trump secara terbuka memarahi Jaksa Agung Jeff Sessions atas keputusannya untuk mundur dari penyelidikan Rusia. Beberapa sumber mengatakan bahwa Tillerson percaya bahwa tingkah laku presiden tidak profesional.