TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Penerbangan Sipil Nepal mengatakan, perdebatan tentang arah pendaratan yang benar antara pilot dan petugas menara pengawas diduga menjadi penyebab pesawat jatuh di Nepal.
Pesawat US-Bangla Airlines Flight BS211 yang membawa 71 orang dari Bangladesh lepas kendali dan terbang sangat rendah sebelum menabrak stadiiun sepak bola dan terbakar saat mendarat Senin di Kathmandu, ibu kota Nepal, kemarin menewaskan sedikitnya 49 orang.
Baca: Pesawat Bangladesh Jatuh di Nepal, 17 Penumpang Selamat
Seorang pejabat bandara mengatakan pilot tidak mengikuti instruksi pendaratan dari menara pengawas dan mendekati satu landasan pacu bandara dari arah yang salah.
"Pesawat itu tidak sejajar dengan landasan pacu. Pengawas menara berulang kali bertanya apakah pilotnya baik-baik saja dan jawabannya adalah ya," kata Raj Kumar Chetri, General manager Bandara Internasional Tribhuvan.
Tapi rekaman percakapan antara pilot dan pengendali lalu lintas udara menunjukkan kebingungan ke arah mana pesawat seharusnya mendarat.
Baca: Jet Pribadi Konglomerat Turki Jatuh di Iran, 11 Tewas
Dalam rekaman tersebut yang diposkan oleh situs web pemantauan lalu lintas udara LiveATC, percakapan berulang kali tentang apakah pilot harus mendarat di landasan pacu tunggal bandara dari selatan atau utara.
Tepat sebelum pendaratan, pilot bertanya: "Apakah kita sudah siap untuk mendarat?"
Beberapa saat kemudian, pengendali kembali dan mengatakan pada pilotnya: "Saya katakan lagi, balik!" menggunakan nada yang jarang terdengar dalam percakapan seperti itu - mungkin karena panik.
Beberapa detik kemudian, perintah pengendali tersebut mengarah ke landasan pacu.
Baca: Pesawat Rusia Jatuh, Seluruh Penumpang Tewas
Saksi mata menuturkan, pesawat tersebut berbelok berulang kali saat bersiap mendarat di Kathmandu. Pesawat itu kemudian menabrak stadion sepak bola di dekat bandara, menghasilkan suara ledakan yang sangat kuat.
"Pesawat berusia 17 tahun tersebut telah melingkari Bandara Internasional Tribhuvan dua kali saat menunggu izin mendarat," kata Mohammed Selim, manajer maskapai penerbangan itu di Kathmandu, seperti dilansir NBC News pada 12 Maret 2018.
Juru bicara kepolisian, Manoj Neupane, mengatakan setidaknya 49 orang dari total 71 penumpang tewas dalam kecelakaan tersebut dan 22 lainnya yang cedera dirawat di tiga rumah sakit terdekat.
Pesawat jatuh tersebut membawa 32 penumpang dari Bangladesh, 33 dari Nepal, dari Cina dan Maladewa. Dia tidak memberikan kebangsaan dari empat anggota kru.