TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 42 orang tewas di Ghouta Timur, Suriah, setelah pasukan pemerintah melanjutkan gempuran udara di daerah kantong pemberontak, Ahad, 11 Maret 2018.
Sejumlah aktivis di Douma, salah satu kota yang menjadi tujuan utama pendatang, mengatakan kepada Al Jazeera, Ahad, jet tempur Suriah tak menghentikan serangannnya sedikitpun di seluruh wilayah Ghouta.
Baca: Gencatan Senjata Tak Berlaku, Suriah Tetap Gempur Ghouta Timur
Seorang bocah berdiri di atas reruntuhan gedung yang hancur di kota yang dikepung pasukan pemerintah Suriah di Douma, Ghouta TImur, 5 Maret 2018.[REUTERS]
Adapun televisi pemerintah Suriah dalam laporannya mengatakan, Kota Mudeira telah dikuasai oleh Angkatan Bersenjata yang saat ini sudah bisa berhubungan dengan unit-unit pasukan di dalam Ghouta Timur.
Sementara itu situs berita china.org.cn mengutip War Media menyebutkan, militer Suriah secara efektif berhasil membagi kantong pertahanan pemberontak menjadi dua bagian. "Selanjutnya, militer Suriah menyerbu posisi pemberontak dari tiga sektor, serta mengepung benteng pertahanan mereka."Seorang pria melihat kondisi lokasi serangan udara di kota Misraba, Ghouta Timur, Suriah, 4 Januari 2018. REUTERS/Bassam Khabieh
Dari pertempuran yang berlangsung berhari-hari di kawasan tersebut sejak 18 Februari 2018, pasukan Suriah kian memperketat simpul pemberontak di wilayah Ghouta Timur. Bersamaan dengan itu, militer Suriah juga menyerbu Kota Medyara.
Baca: Gempuran di Ghouta Suriah, 400 Orang Tewas dan 2.120 Cedera
Pertempuran sengit di Ghouta Timur menyebabkan gencatan senjata yang semestinya diterapkan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB tidak berlaku.
Kedua belah pihak, baik pasukan pemerintah Suriah maupun pemberontak tidak mengindahkan keputusan PBB agar melakukan gencatan senjata. Hal itu menyebabkan lembaga kemanusiaan, termasuk Komite Internasional Bulan Sabit Merah tidak bisa mengakses Ghouta Timur untuk memberikan bantuan kemanusiaan di kota yang dihuni 400 ribu penduduk.