TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, bisa menjadi 'kesepakatan terbesar dunia' untuk menurunkan ketegangan antara kedua negara.
"Siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Saya mungkin saja meninggalkan perundingan itu dengan cepat jika tidak ada kemajuan," kata Trump kepada publik dalam sebuah kampanye untuk kandidat parlemen dari Partai Republik di Pennsylvania barat, Ahad, 11 Maret 2018.
Baca: Terobosan: Trump Bakal Bertemu Kim Jong Un Mei Nanti
Trump membuat keputusan mengejutkan pada pekan lalu saat dia menyatakan bersedia bertemu Kim. Tawaran pertemuan itu disampaikan utusan khusus pemerintah Korea Selatan, yang menemui Trump di Gedung Putih. Utusan ini telah bertemu Kim di Pyongyang pada awal pekan lalu dan mendengar langsung permintaan pertemuan itu.
Baca: Bersantap Malam dengan Wartawan, Trump 'Ngomongin' Kim Jong Un
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, berjabat tangan dengan utusan khusus Korea Selatan saat melakukan pertemuan di Pyongyang, Korea Utara, 6 Maret 2018. Pertemuan pertama antara Korea Selatan dan KOrea Utara saat masa dipimpin Kim Jong Un terjadi pada 2011. KCNA/via Reuters
Trump dan Kim berencana bertemu pada Mei nanti. Jika pertemuan ini terlaksana, maka ini menjadi pertemuan pertama antara seorang Presiden Amerika dengan pemimpin tertinggi Korea Utara.
Lewat akun Twitternya, @realdonaldtrump, Trump mencuit,"Korea Utara tidak menggelar uji coba rudal sejak November 2018. Dan berjanji untuk tidak melakukannya hingga pertemuan kami digelar. Saya yakin mereka akan menghormati komitmen itu."
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyambut utusan khusus Korea Selatan saat akan melakukan pertemuan di Pyongyang, Korea Utara, 6 Maret 2018. KCNA/via Reuters
Secara terpisah, Direktur CIA, Mike Pompeo, mengatakan mendukung rencana pertemuan Kim dan Trump ini. "Presiden melakukannya untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk pertunjukan diplomasi."