TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan berita-berita di kawasan ASEAN dinominasi isu tentang Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen. Jika Duterte disorot atas sikap kasar dan kebijakannya yang menerabas perlindungan HAM warganya, maka Hun Sen disoroti karena ingin melanggengkan kekuasaannya di Kamboja.
Selain itu, pekan ini diwarnai kekerasan aparat kepada pengunjuk rasa di Kamboja yang berusaha dikubur agar tak muncul di media. Di Vietnam, seorang blogger perempuan terkemuka menghilang hanya beberapa hari setelah dibebaskan dari tahanan karena aktivitas politiknya yang membuat penguasa negara Komunis itu terganggu.
Berikut detil dari 4 berita sepekan di kawasan ASEAN:
1. Komisioner Tinggi HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, menyarankan agar Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, melakukan tes kejiwaan.
Zeid, pangeran Yordania ini, mengusulkan presiden Duterte melakukan tes kejiawaan karena Duterte kerap berkata-kata kasar dan kotor termasuk mengancam akan menampar pejabat HAM PBB yang mengkritiknya.
“Ini menunjukkan Presiden Filipina perlu mendaftarkan dirinya pada semacam evaluasi kejiwaan,” kata Zeid, Jumat, 9 Maret 2018 seperti dikutip dari situs Daily Mail.
Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano mengecam Zeid dengan mengatakan sarnanya itu tidak bertanggung jawab dan tidak sopan.
Cayetano bahkan mengganggap pernyataan Zeid sebagai tidak bertanggung jawab dan tidak sopa. Dia juga dituding melangkahi mandatanya dan menghina pemimpin negara.
Baca: Petinggi PBB Minta Presiden Duterte Tes Kejiwaan, Ada Apa?
2. Perdana Menteri Hun Sen, menganggap 30 tahun berkuasa di Kamboja belum cukup. Dia butuh memperpanjang masa kekuasaannya hingga 10 tahun lagi.
"Saya sudah menyatakan bahwa saya akan terus menjadi perdana menteri tidak kurang dari 10 tahun. Pada 2028 saya akan pensiun, " kata Hun Sen seperti dilansir Phnom Penh Post, Kamis, 8 Maret 2018.
Hun Sen beralasan ingin menjadikan Kamboja menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas pada tahun 2030.
"Pada saat itu saya masih mampu," tegas Hun Sen seperti dikutip dari The Phnom Penh Post, 8 Maret 2018.
Atas keinginan Hun Sen, CNRP dan saingan utamanya, Sam Rainsy juga telah dikriminalisasi, sehingga menutup peluangnya untuk mencalonkan diri menjadi perdana menteri Kamboja.
Baca: 30 Tahun Berkuasa di Kamboja, Hun Sen Ingin Lanjut 10 Tahun Lagi
3. Sekitar 150 tentara, polisi dan polisi militer Kamboja menembaki sekitar 400 warga desa di distrik Snuoi, provinsi Kratie, Kamboja yang sedang berunjuk rasa pada Kmais, 8 Maret 2018. Mereka memprotes para pekerja perusahaan perkebunan karet, Memot Rubber Plantation dan penjaga keamanan perusahaan itu yang menjarah lahan dan merusak ladang mereka.
Tembakan beruntun aparat dari aparat keamanan Kamboja itu menewaskan sedikitnya 8 orang dan melukai puluhan orang. Beberapa saksi mata menyaksikan, kebanyakan yang tewas adalah laki-laki dan setidaknya satu perempuan.
Aparat keamanan merampas dan menghancurkan telepon seluler warga agar tidak merekam penembakan yang mereka lakukan. Warga juga dilarang berbicara dengan media.
"Otoritas memperingatkan kami untuk tidak berbicara ke media, namun saya akan berbicara, karena andaipun saya tewas, itu akan berharga, selama seluruh warga mendapatkan kembali lahannya dan rumah mereka tidak dibakar," kata seorang sumber warga setempat.
Sekitar 150 aparat keamanan menembaki sekitar 400 warga distrik Snuoi, provinsi Kratie, Kamboja, pada hari Kamis, 8 Maret 2018 karena memprotes lahan mereka diambil perusahaan perkebunan karet. Sedikitnya 8 pengunjuk rasa tewas dan puluhan orang terluka.{RADIO FREE ASIA]
4. Blogger perempuan terkemuka Vietnam hilang. Pham Doang Trang, nama blogger yang fokus menulis isu-isu politik di negaranya menghilang hanya beberapa hari setelah dibebaskan dari tahanan yang dihuninya sekitar 10 jam pada 24 Februari 2018.
Cuong, anggota Gerakan Pohon Hijau, yang menyewakan rumah untuk Trang demi keselamatan nyawanya gagal menghubunginya pada Kamis, 8 Maret 2018.
Trang pindah ke apartemen sewaan teman dekatnya, Cuong, setelah rumah ibunya setiap hari diamat-amati polisi. Namun ia sempat merayakan Imlek di rumah ibunya.
Trang telah menghadapi berbagai ancaman dari aparat keamanan Vietnam karena keberanianya mengungkap pelanggaran HAM yang terjadi di Vietnam kepada organisasi-organisasi internasional. Terbaru, ia berbicara dengan delegasi Uni Eropa dalam satu dialog pada November 2017.
Blogger perempuan terkemuka Vietnam, Phnam Doan Trang menghilang pada Kamis, 8 Maret 2018 setelah beberapa hari dibebaskan dari tahanan
Trang merupakan salah satu pembangkang politik Vietnam. Ia dulunya bekerja sebagai jurnalis di satu media pemerintah. Ia kemudian keluar dan bekerja menjadi blogger yang khusus menulis tentang isu politik di negaranya. Ia juga bekerja sebagai penulis dan editor untuk Vietnam Right Now dan Luat Khoa Tap Chi, situs hukum independen dan di blog politik, The Vietnamese.
Trang telah menulis 10 buku dan diterbitkan untuk pendidikan politik di Vietnam.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Vietnam tidak memberikan tanggapan atas hilangnya Trang. Para aktivis Vietnam menduga perempuan ini ditangkap dan ditahan di tempat tersembunyi.
RFA |VIETNAM HUMAN RIGHTS DEFENDER | PHONM PENH POST | DAILY MAIL