TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menemui pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-Un, tampaknya menimbulkan kegelisahan pada masyarakat dan tokoh Jepang. Ini karena Tokyo tidak dilibatkan dalam pertemuan. Namun Perdana Menteri, Shinzo Abe, menyatakan tidak ada yang ditutup-tutupi dalam hubungan diplomatik Jepang-Amerika Serikat.
Setelah bertelepon dengan Presiden Trump, Abe mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang dan Amerika Serikat akan melanjutkan kebersamaan kedua negara seratus persen. Abe juga mengungkapkan rencana pertemuan dengan Trump di Washington pada April 2018.
Baca juga:
Baca: Bahas Ancaman Korea Utara, Trump Telepon Xi dan Abe
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un. visionplus.tv
Sebelumnya, Trump menyetujui undangan pertemuan dari pemerintah Korea Utara, yang akan digelar pada Mei 2018. Jika rencana ini terwujud maka ini akan menjadi sebuah terobosan dalam kebuntuan krisis nuklir Korea Utara. Rencana pertemuan ini sempat memunculkan kekhawatiran Tokyo atas kemungkinan Trump memangkas kesepakatan melindungi kota-kota di Jepang dari serangan nuklir.
Dua tahun lalu, Pyongyang melakukan ujicoba rudal melintasi wilayah udara Jepang. Negara Sakura itu sering menjadi incaran retorika dan target ancaman Korea Utara termasuk pernyataan media Korea Utara bahwa negaranya bisa menenggelamkan Jepang.
Baca: Trump Kunjungi Abe Tandai Hubungan Tererat AS--Jepang
Takahashi Kawakami, profesor dari Universitas Takushoku di Tokyo, Jepang, seperti dikutip dari Reuters, Jumat 9 Maret 2018, menjelaskan ada tiga kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, Pyongyang menyetujui denuklirisasi. Dua, akan terjadi pembekuan nuklir dan terakhir Pyongyang akan kembali meluncurkan rudal-rudalnya.
“Dari semua yang saya lihat Korea Utara tampaknya akan kembali meluncurkan rudal,” kata Kawakami.
Dia mengatakan Jepang merasa khawatir soal hasil perundingan antara Trump dan Kim Jong-un akan jauh dari harapan negeri Sakura itu. Ini karena Jepang menginginkan Pyongyang sepenuhnya meninggalkan pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik. Tokyo sebelumnya sudah meminta sebuah komitmen bahwa Pyongyang akan berpegang pada prasyarat ini untuk digelarnya perundingan.