TEMPO.CO, Jakarta - Komandan Pengawal Revolusi Iran membenarkan kabar bahwa produksi rudal negaranya meningkat tiga kali lipat sebagaimana dilaporkan kantor berita Fars, Rabu, 7 Maret 2018.
"Produksi rudal kami meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya," kata Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Kepala Divisi Ruang Angkasa Iran, seperti dikutip Middle East Monitor, Rabu. "Dulu kami harus menjelaskan ke beberapa lembaga atas kegiatan kami, tetapi sekarang ini sudah tidak lagi," tambahnya.
Lihat infografis: Daya Jangkau Rudal Balistik Iran Mencapai Eropa dan India
Karrar-4 adalah drone HALE (high alititude, long endurance) yang dapat terbang sejauh 1.000 km dengan kecepatan maksimum 900 km/jam. Drone ini mampu membawa dua bom presisi 250 lb, atau satu 500 lb. Karrar-4 juga dapat membawa empat rudal anti kapal Kowsar atau satu rudal Nsr-1 . Pesawat tanpa awak ini dapat melakukan pelacakan pesawat musuh yang menyerang untuk membantu Angkatan Udara Iran. irartesh.ir
Hajizadeh menerangkan, pemerintah Iran membutuhkan rudal dari darat ke darat, tetapi tidak disebutkan mengenai periode peningkatan produksi.
Ada kekhawatiran Iran melakukan kegiatan rahasia guna mendukung pemberontak Houthi Yaman sehingga menimbulkan perang saudara di negeri itu. Saat ini, Houthi menguasai hampir separuh wilayah Yaman dari utara hingga ke Ibu Kota Sana'a sejak akhir 2014.
Gerakan pemberontak Houthi ini membuat negeri tetangga Yaman, Arab Saudi gusar. Selanjutnya, Arab Saudi memimpin pasukan koalisi untuk membendung gerakan pasukan Houthi agar tak meluas. Bahkan Arab Saudi menggempur posisi Houthi kendati kerap menghajar penduduk sipil.Seorang militan Houthi berjalan di depan sebuah gedung pemerintah, yang hancur akibat gempuran dari militer Arab Saudi. Beberapa waktu lalu koalisi Arab Saudi melakukan gencatan senjata, yang disetujui oleh kedua belah pihak yang bertikai. Yaman, Amran, 27 Juli 2015. REUTERS / Khaled Abdullah
Aksi Arab Saudi yang mengakui kepemimpinan Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi itu dituding oleh kelompok hak asasi manusia melanggar hukum karena sasaran gempurannya justru menewaskan warga sipil.
Baca: Arab Saudi Tuding Iran Tembakkan Misil dari Yaman
Prancis meminta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengakhiri serangan agar korban sipil tak kian bertambah. Anehnya, tanggung jawab itu dibelokkan ke Iran.