TEMPO.CO, Jakarta - Insiden racun yang menyasar agen rahasia Sergei Skripal di Inggris membuat hubungan Inggris dengan Rusia bakal hambar.
Skripal seorang berpangkat Kolonel dari Badan Intelijen Militer Rusia, GRU, dan putrinya berusia 33 tahun, Yulia, ditemukan sekarat tergeletak di sebuah bangku di luar pusat perbelanjaan di selatan Inggris, Kota Salisbury, pada Ahad petang, 4 Maret 2018, waktu setempat.
Baca: Inggris: Bekas Agen Rahasia Rusia Sekarat Akibat Diracun
Manten intelijen Rusia dan Inggris, Sergei Skripal sekarat terkena zat tak dikenal di Inggris [Independent.co.uk/AP]
Seorang sumber keamanan Amerika Serikat yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, peristiwa tersebut kemungkinan melibatkan orang-orang Rusia yang membalas dendam karena Skripal dianggap berkhianat.
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, gusar atas insiden ini. Bahkan mengancam akan memberikan sanksi kepada Rusia jika benar-benar terlibat.
"Bila Moskow terbukti berada di balik insiden ini, Inggris tak segan mengambil tindakan tegas dan menghukum Rusia karena telah melakukan perbuatan jahat dan mengganggu," kata Johnson di depan wartawan, Selasa, 6 Maret 20217, seperti dikutip Reuters.
Dakwaan pejabat Amerika Serikat maupun Johson mendapatkan reaksi keras dari Moskow. Rusia menyatakan sama sekali tidak terlibat dalam insiden yang melibatkan bekas agen rahasianya. Moskow menyebut caci maki Johnson adalah komentar liar dan teriakan histeris anti-Rusia sehingga dapat merusak hubungan dengan London.Mantan Intelijen Rusia dan MI6, Kolonel Sergei Skripal, sekarat di rumah sakit di Inggris karena terpapar zat misterius [SKY NEWS]
"Sangat sulit menilai bahwa spekulasi ini sebagai kampanye hitam yang dapat memperumit hubungan antarkedua negara kita," kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia kepada wartawan di Moskow, Rabu, 7 Maret 2018.
Baca: Eks Intelijen Rusia Terpapar Zat Misterius di Inggris, Siapa Dia?
Skripal pernah dihukum dalam penjara selama 13 tahun pada 2006 setelah melalui persidangan rahasia. Pada 2010, dia mendapatkan perlindungan di Inggris setelah ditukar dengan mata-mata Rusia yang tertangkap di Barat sebagai bagian dari pertukaran mata-mata Perang Dingin di bandara Wina, Austria.