TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin kelompok pro-demokrasi terbesar Malaysia, Maria Chin Abdullah, mengumumkan akan berpartisipasi dalam Pemilihan Umum legislatif tahun ini. Dimana dia berjanji akan memilih jalur independen dalam Pemilu ke-14 Malaysia ini.
Maria Chin Abdullah adalah ketua kelompok aktivis Bersih 2.0, yang selama bertahun-tahun memimpin demonstrasi anti-pemerintah melawan Perdana Menteri Najib Razak.
Baca: Jho Low, Pengusaha Muda Malaysia di Pusaran Skandal 1MDB
Seperti dilansir Malaysia Kini, wanita berusia 62 tahun itu akan keluar dari Bersih dan koalisi oposisi Pakatan Harapan (HARAPAN) dalam pemilihan Juni mendatang. Jalur independen dipilihnya karena dianggap akan membuat dirinya bebas berekspresi tanpa harus terbelenggu kepentingan partai politik.
Baca: Mantan Menteri Malaysia Tahu Soal Kapal Pesiar Equanimity
PM Malaysia Najib Razak. AP/Vincent Thian
Keputusan itu dibuat untuk mencegahnya terlibat dalam politik partisan dan membiarkan dia fokus untuk membawa "agenda reformasi" di Parlemen.
"Saya harus bebas. Jika saya membawa agenda pembaharuan, saya perlu fokus. Saya harus memiliki ruang untuk menyampaikan pendirian saya sendiri jika ada isu kontroversial.
"Sebagai seorang independen, saya harap saya tidak perlu terlibat dalam politik partai, dan saya tidak akan bergabung dalam partai itu," katanya dalam sebuah konferensi pers di Petaling Jaya, seperti dilansir Malaysia Kini pada Selasa, 6 Maret 2018.
Maria mengatakan dia berharap dengan menjadi anggota parlemen dapat mendorong agenda reformasi dan mengubah narasi di Parlemen dengan debat berkualitas tinggi.
Maria juga dikatakan sebagai kandidat potensial untuk menghadapi presiden MIC Datuk Seri Dr S. Subramaniam di Segamat.
Reuters melansir Maria Chin sebelumnya pernah ditahan selama 10 hari oleh pemerintah Malaysia di bawah undang-undang anti-terorisme yang kontroversial pada November 2016. Ini terjadi sehari sebelum Bersih mengadakan sebuah demonstrasi yang meminta Perdana Menteri Najib Razak untuk mengundurkan diri terkait tanggung jawab atas skandal keuangan yang besar 1MDB.
Dia adalah tokoh non-politisi kedua yang mengumumkan bergabung dalam politik aktif dalam beberapa hari terakhir, setelah analis politik Wan Saiful Wan Jan secara resmi bergabung dengan Parti Pribumi Bersatu Malaysia pimpinan Mahathir Mohamad pada 1 Maret 2018.
Meskipun terlilit skandal 1MDB tersebut, koalisi penguasa Barisan Nasional, secara luas diperkirakan akan memenangkan pemilihan legislatif Malaysia pada Juni mendatang.
Maria tidak menyebutkan skandal 1MDB dalam konferensi persnya. Dia berjanji untuk memperjuangkan reformasi pemilihan, kesetaraan jender dan lingkungan, jika terpilih ke parlemen dengan total 222 kursi itu.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Bersih Malaysia mengatakan Maria telah mengajukan pengunduran dirinya sebagai ketua pada 4 Maret 2018, dan hari terakhirnya bertugas adalah 5 Maret 2018.