TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang protes di Prancis menentang rencana pembuangan limbah nuklir pada kedalaman 500 meter di dalam perut bumi, semakin deras. Sejak rencana ini disampaikan oleh pemerintah Prancis pada 22 Februari 2018, protes kian tak terbendung.
Dalam unjukrasa pada Sabtu, 3 Maret 2018, waktu setempat, para demonstran melemparkan benda-benda berbahaya ke arah aparat kepolisian anti-huru-hara, yang menutup akses ke area Bure, sebuah kawasan pabrik nuklir di utara Prancis. Aparat kepolisian anti-huru-hara terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran.
Baca: Kebocoran Pabrik Limbah Nuklir AS Meningkat
Kapal selam Scorpene AM-2000 menggunakan AIP yang dikembangkan oleh Prancis, yaitu MESMA (Module d'Energie Sous-Marine Autonome). MESMA dasarnya adalah versi modifikasi dari sistem propulsi nuklir Prancis, yang menggunakan campuran ethanol dan oksigen cair bertekanan tinggi, bukan bahan radioaktif. Sistem ini memanfaatkan uap bahan bakar untuk menggerakan turbin, sehingga menghasilkan daya listrik. Dengan AIP, kapal selam dapat menyelam selam tiga minggu. Penggunaan AIP menyebabkan panjang Scorpene bertambah 8,3 m. REUTERS/Stephane Mahe
Kawasan hutan Lejuc di pilih oleh Badan Limbah Radioaktif Prancis atau ANDRA sebagai eksplorasi pengeboran tempat pembuangan limbah nuklir. Ketika kepolisian mengevakuasi hutan itu pada 22 Februari 2018, sekitar 15 demonstran, melakukan aksi protes.
Namun semakin hari, jumlah demonstran terus bertambah. Situs en.rfi.fr dan www.fin24.com mewartakan pada Sabtu, 3 Maret 2018 kemarin, ada sekitar 300 demonstran turun ke jalan. Dalam aksinya, mereka melakukan debat atas penolakan yang dilakukan.
Baca: Berkunjung ke Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Milik Prancis
Kawasan nuklir Bure pada 1998 dipilih sebagai pusat labolatorium dan dipersiapkan untuk mengubur sebagian besar radioaktif atau limbah nuklir di Prancis. Namun sampai sekarang, belum ada limbah radioaktif di tempat tersebut.