TEMPO.CO, Jakarta - Militer Suriah menggempur terus Ghouta Timur mengakibatkan ribuan orang menyelamatkan diri ke daerah aman. Sebelumnya, Presiden Bashar al-Assad bersumpah melanjutkan bombadir kawasan yang menjadi pertahanan terakhir pemberontak di dekat Ibu Kota Damaskus.
Lembaga hak asasi manusia bermarkas di London, Syrian Observatory for Human Rights, dalam keterangannya kepada media pada Ahad, 4 Maret 2018, mengatakan, pasukan Suriah mengepung seperempat wilayah tersebut dalam beberapa hari ini.
Baca: PBB Bersidang, Suriah Tetap Gempur Ghouta
Foto yang dirilis pada 20 Februari 2018 oleh kelompok Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan nama White Helmets, menunjukkan anggota kelompok Pertahanan Sipil Suriah membawa seorang pria yang terluka dalam serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah, di Ghouta, sebuah pinggiran kota Damaskus, Suriah. (Syrian Civil Defense White Helmets, via AP)
"Dalam aksinya, pasukan Suriah didukung oleh kekuatan udara Rusia sehingga dapat menguasai kembali ladang pertanian dan sejumlah desa," tulis media setempat seperti dikutip Al Jazeera, Senin, 5 maret 2018.
Sumber militer mengatakan kepada wartawan, pasukan pemerintah menguasai beberapa distrik termasuk Al-Nashabiyeh dan Otaya yang sebelumnya menjadi markas pertahanan "kelompok teroris" di sebelah timur pinggiran Damaskus. Pemerintah Suriah menyebut para pemberontak atau kelompok oposisi yang melawan Presiden Bashar al-Assad dengan sebutan teroris.Foto yang dirilis pada 21 Februari 2018 oleh kelompok aktivis anti-pemerintah Suriah Ghouta Media Center, menunjukkan seorang gadis muda Suriah yang terluka akibat serangan udara pesawat-pesawat tempur pasukan pemerintah, menangis di sebuah rumah sakit darurat, di Ghouta, pinggiran kota Damaskus, Suriah. (Ghouta Media Center via AP)
Observatory menegaskan, pasukan pemerintah Suriah juga menguasai Beit Sawa. Sementara Media Central Militer mengatakan, pasukan Suriah telah menjangkau pinggiran Mesraba di Ghouta Tengah.
Baca: PBB Tunda Pemungutan Suara Soal Suriah
Ghouta Timur dihuni sekitar 400 ribu warga telah menjadi bulan-bulan bom Suriah dan Rusia sejak 18 Februari 2018. Akibat gempuran tersebut, lebih dari 600 penduduk sipil tewas dan ribuan orang lainnya cedera. Suriah tak mengindahkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengamanahkan gencatan senjata 30 hari sejak pekan lalu.