TEMPO.CO, Jakarta - Serikat pekerja Disneyland melakukan aksi protes menuntut kenaikan gaji setelah sebuah survei mengungkap banyak pekerja Disneyland Resort di California, Amerika Serikat, yang terseok-seok memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Beberapa di antara mereka bahkan menjadi gelandangan. Temuan ini berbanding terbalik dengan keuntungan perusahaan yang mengalami kenaikan.
Baca: Siapkan Rp 6 Triliun, Disneyland Berencana Bangun Wahana di Boyolali
Pengunjung taman bertema Alice in Wonderland saat pembukaan taman bermain Shanghai Disney Resort di Shanghai, Tiongkok, 15 Juni 2016. Sebelumnya, Walt Disney Co telah membuka taman bermain di Hong Kong. REUTERS/Aly Song
Sebuah jajak pendapat terhadap 5.000 pekerja Disneyland Resort di Anaheim, California, menemukan banyak pekerja yang bahkan tidak mampu membeli bahan-bahan kebutuhan pokok dan biaya perawatan kesehatan. Sebanyak 11 persen dari para pekerja dalam jajak pendapat itu pernah luntang-lantung tanpa tempat tinggal dalam dua tahun terakhir. Temuan-temuan ini berasal dari laporan Working for the Mouse, yang dibuat beberapa peneliti dari Occidental Collage dan Economic Roundtable dan dipublikasikan pada Rabu, 28 Februari 2018.
“Saya sudah bekerja di Disneyland selama hampir 28 tahun dan hanya mendapat upah yang kurang dari US$ 20 per jam. Jika bukan karena dibantu suami saya dalam memenuhi kebutuhan hidup, saya mungkin sudah tinggal di mobil atau paling buruk menjadi gelandangan,” kata seorang pekerja Disneyland yang tidak dipublikasikan identitasnya dalam jajak pendapat itu, seperti dikutip dari situs www.rt.com, Jumat, 2 Maret 2018.
Baca: Heboh Disneyland Boyolali, Bupati: Bukan Trump dan Hary Tanoe
Para pekerja Disneyland, yang menjadi sumber jajak pendapat tersebut, menyerukan kepada Disneyland Resort agar menaikkan standar gaji menjadi US$ 20 per jam atau sekitar Rp 260 ribu. Upah rata-rata pekerja pada 2000 dan 2017 turun sekitar 15 persen, dari US$ 15,80 menjadi US$ 13,36. Kenyataan ini menyakitkan mengingat para pekerja telah membantu perusahaan mendapatkan keuntungan lebih dari US$ 3 miliar pada 2016.