TEMPO.CO, Ghouta -- Pasukan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, kembali menyerang Kota Ghouta Timur beberapa jam setelah resolusi gencatan senjata Dewan Keamanan PBB diumumkan pada Sabtu, 24 Februari 2018.
Ghouta Timur, yang terletak di pinggiran Ibu Kota Damaskus, Suriah, dikuasai pasukan oposisi dan telah menjadi sasaran pasukan Assad sejak 2013. Kota ini menjadi pusat perlawanan pasukan Hay'et Tahrir al-Sham, yang sebelumnya bernama Al-Nusra Front. Juga ada kelompok oposisi terbesar yaitu Free Syrian Army, yang terkait dengan Jaish al-Islam.
Baca: Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata Secepatnya di Suriah
Kedua pasukan oposisi ini mengklaim telah menangkap dan menewaskan sejumlah tentara pasukan Assad, yang mencoba merangsek masuk ke dalam kota.
"Pasukan Suriah mencoba masuk ke dalam Kota Ghouta Timur dari beberapa arah dan mendapat perlawanan dari pasukan oposisi," begitu dilansir Aljazeera, Ahad, 25 Februari 2018.
Foto yang dirilis pada 20 Februari 2018 oleh kelompok Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan nama White Helmets, menunjukkan anggota kelompok Pertahanan Sipil Suriah membawa seorang pria yang terluka dalam serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah, di Ghouta, sebuah pinggiran kota Damaskus, Suriah. (Syrian Civil Defense White Helmets, via AP)
Baca: Perang Suriah, 250 Orang Tewas di Ghouta dalam 48 Jam
Seperti diberitakan Aljazeera, pasukan Asad mulai menyerang Ghouta Timur sejak Ahad pagi, 25 Februari 2018. Ini diikuti serangan pesawat jet tempur, yang telah berlangsung selama delapan hari terakhir.
Pasukan oposisi mencoba menahan gempuran ini dan kewalahan karena serangan datang dari berbagai arah. "Pasukan oposisi mengatakan mendukung gencatan senjata PBB namun akan merespon terhadap setiap upaya agresi sebagai hak mereka untuk mempertahankan diri," begitu dilansir media Aljazeera.
Seperti dilansir Reuters, 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB menyepakati resolusi gencatan senjata pada Sabtu, 24 Februari 2018. Ini untuk memberikan kesempatan evakuasi bagi warga sipil, yang jumlahnya mencapai sekitar 400 ribu orang.
Foto ini yang dirilis pada 22 Februari 2018 oleh kelompok aktivis anti-pemerintah Suriah Ghouta Media Center, menunjukkan orang-orang Suriah memeriksa bangunan-bangunan mereka yang hancur akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah, di Ghouta, pinggiran kota Damaskus, Suriah. Sedikitnya 400 orang dinyatakan tewas sejak serangan pada 18-02-2018. (Ghouta Media Center via AP)
Gencatan senjata ini juga memberi kesempatan bagi lembaga bantuan kemanusiaan internasional untuk mengirimkan makanan dan senjata kepada warga sipil yang terjebak di daerah ini.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, lebih dari 500 warga sipil tewas akibat pengeboman pesawat jet tempur, yang mulai terjadi pada 18 Februari 2018. "Sebelum serangan besar ini dimulai, sudah ada pengeboman berulang kali di berbagai lokasi di Ghota Timur, yang menjadi pusat perlawanan pasukan oposisi," begitu dilansir Aljazeera.
Kota Ghouta Timur menjadi lokasi perlawanan terakhir pasukan oposisi, yang melawan Presiden Bashar al Assad di Damaskus. Pasukan Assad sekarang menyasar jaringan terowongan bawah tanah dan tempat-tempat persembunyian pasukan oposisi. "Sepertinya pasukan pemerintah sekarang bersemangat untuk masuk ke Ghouta Timur," begitu dilansir Aljazeera.
Secara terpisah, komandan pasukan Iran, Mohammed Baqri, mengatakan pasukan Suriah menghormati gencatan senjata PBB. Namun, serangan akan terus dilakukan terhadap pasukan teroris dan area yang dikontrol pasukan Hay'et Tahrir al-Sham.
"Resolusi gencatan senjata PBB tidak mencakup wilayah Ghouta Timur, operasi serangan terus berlangsung di daerah pinggiran," kata Baqri seperti dikutip media Tasnim. Pasukan koalisi Suriah, Rusia dan Iran juga menyerang Provinsi Idlib, yang masih dikuasai pasukan oposisi di Suriah.