TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan pemerintah Suriah melanjutkan gempuran ke Ghouta Timur hanya beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB bersidang untuk mengeluarkan resolusi gencatan senjata 30 hari di Suriah.
Baca: PBB Usulkan Gencatan Senjata di Suriah, Rusia Menolak
Seorang pria melihat kondisi lokasi serangan udara di kota Misraba, Ghouta Timur, Suriah, 4 Januari 2018. REUTERS/Bassam Khabieh
Pasukan Presiden Bashar al-Assad melancarkan serangan dari berbagai front ke posisi pertahanan pemberontak di dekat Damaskus. Sementara itu, jet tempur Suriah melanjutkan bombardir ke daerah yang terkepung selama 18 hari.
Laporan Al Jazeera dari Gazientep, Turki, menyebutkan, ada berbagai serangan yang dilancarkan pasukan pemerintah Suriah ke berbagai sisi. Sumber pemberontak mengatakan kepada Al Jazeera, mereka akan terus bertahan dan melakukan perlawanan terhadap serangan pasukan pemerintah.Foto yang dirilis pada 20 Februari 2018 oleh kelompok Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan nama White Helmets, menunjukkan anggota kelompok Pertahanan Sipil Suriah membawa seorang pria yang terluka dalam serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah, di Ghouta, sebuah pinggiran kota Damaskus, Suriah. (Syrian Civil Defense White Helmets, via AP)
Kondisi di Ghouta Timur membuat Dewan Keamanan PBB bersidang guna memberikan kesempatan evakuasi terhadap warga yang tinggal di pinggiran Damaskus yang sekarang dalam kepungan pasukan pemerintah. Gencatan senjata ini juga diharapkan dapat memberikan akses bantuan kemanusiaan untuk menyalurkan makanan dan obat-obatan.
Baca: Perang Suriah, 250 Orang Tewas di Ghouta dalam 48 Jam
Pekan lalu, pasukan Suriah didukung oleh Rusia melakukan serangan udara ke Ghouta Timur mengakibatkan masalah kemanusiaan di kota yang dihuni 400 ribu orang itu. Menurut lembaga hak asasi manusia Syrian Observatory for Human rights, lebih dari 500 penduduk sipil tewas akibat pengeboman pasukan Suriah yang dimulai pada 18 Februari 2018.