TEMPO.CO, Jakarta - Dua bom mobil menghantam ibu kota Somalia, Mogadishu, mengakibatkan sedikitnya 30 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka. Suara ledakan keras dilaporkan terjadi pada Jumat, 23 Februari 2018, disusul ledakan kedua dan adu tembak senjata di dekat Istana Presiden.
"Ledakan kedua berlangsung di samping sebuah hotel terkenal di Mogadihsu," Al Jazeera melaporkan, Sabtu, 24 Februari 2018.
Baca: Somalia Diguncang Bom, Al-Shabab Bertanggung Jawab
Jumlah korban tewas akibat ledakan bom truk pada Sabtu lalu di sebuah kawasan perbelanjaan di ibu kota Somalia, Mogadishu, bertambah menjadi 137 orang. AFP
Badan Layanan Ambulans Somalia membenarkan insiden ledakan yang memakan korban jiwa tersebut. Beberapa korban dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh ambulans. Kelompok bersenjata Al Shabab mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan bom tersebut.
"Sejauh yang kami tahu, ada satu ledakan di samping Istana Presiden dan ledakan lainnya di dekat sebuah hotel terkenal," kata Mayor Mohamed Ahmed, pejabat kepolisian setempat, kepada media lokal.Warga Somalia menggunakan selembar kain untuk membawa seorang pria terluka dalam ledakan bom menuju sebuah ambulans, di ibukota Mogadishu, Somalia, 14 Oktober 2017. Ini merupakan salah satu serangan paling mematikan di negara ini setelah militan Islam melancarkan pemberontakan pada tahun 2007. AP/Farah Abdi Warsameh
Serangan mematikan itu berlangsung sehari setelah pemerintah Somalia mengeluarkan isu peringatan teror di ibu kota.
Dalam beberapa bulan ini Mogadishu yang kerap menjadi sasaran serangan bom Al Shabab mulai tenang. Namun, insiden Jumat kemarin kegaduan terjadi lagi. Pada Desember 2017, 18 perwira polisi tewas ketika militan Al Shabab meledakkan dirinya di kampus Akademi Kepolisian Somalia di Mogadishu.
Baca: Milisi al Shabaab Tembaki Hotel di Somalia, 25 Orang Tewas
Ibu kota Somalia juga menjadi target sebuah bom truk pada Oktober 2017 yang menewaskan 512 orang. Serangan itu paling mematikan dalam sejarah Somalia. Pemerintah menuding pelaku serangan adalah Al Qaedah yang memiliki jaringan dengan Al Shabab.