TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump ingin mempersenjatai guru agar dapat mencegah terjadinya pembunuhan massal seperti peristiwa penembakan massal di satu sekolah di Florida, Amerika Serikat.
Trump menyatakan keinginannya mempersenjatai guru saat mengadakan pertemuan yang emosional sekitar satu jam dengan sejumlah siswa yang selamat dari penembakan di sekolah mereka di Florida pekan lalu dan sejumlah orang tua murid yang kehilangan anaknya.
Baca: Trump Salahkan FBI, Siswa Korban Penembakan Marah, kenapa?
"Jika anda punya guru yang mahir menggunakan senjata, maka mereka mampu menghentikan secepatnya serangan," kata Trump seperti dikutip dari CNN, Rabu, 21 Februari 2018.
Menurut Trump, sekolah dapat mempersenjatai sekitar 20 persen gurunya untuk menghentikan para maniak yang akan menyerang mereka.
Dia mengatakan mempersenjatai guru dan penjaga keamanan dapat menakut-nakuti penembak dan mencegah kematian para siswa.
Organisasi Teens for Gun Reform berbaring di depan Gedung Putih pada Senin, 19 Februari 2018 meminta kontrol senjata pasca penembakan massal 17 orang siswa dan staf sekolah menengah Marjory Stoneman Douglas, Parkland, Florida, Amerika Serikat, pada 14 Februari 2018. Politiciandirect.com.
Baca: Siswa AS Demo Gedung Putih Setelah Penembakan oleh Nikolas Cruz
Gagasan mempersenjatai guru mendapat respons pro dan kontra dari para orang tua korban peristiwa penembakan massal di sejumlah sekolah.
Adapun sejumlah siswa menyatakan rasa takut mereka kembali ke sekolah. Dan mereka menuntut agar peristiwa tragis ini tidak terulang kembali.
"Saya tidak mengerti kenapa saya masih bisa pergi ke toko dan membeli sejata untuk perang," kata Sam Zeif, 18 tahun, seorang pelajar yang bertemu Trump. "Mari agar peristiwa ini tidak terulang kembali, mohon, mohon,' ujar Zeif.
Baca: Ini Cerita Siswa Selamat Korban Penembakan Massal di Amerika
Adapun para siswa di Tallahassee, ibukota Florida, menuntut penegak hukum melarang penjualan senjata.
Konstitusi AS melindungi hak setiap warga Amerika memiliki senjata. Partai Republik yang mengusung Donald Trump menjadi presiden merupakan pendukung utama hak-hak warga sipil memiliki senjata untuk melindungi diri mereka.