TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan, program rudal balistik Iran harus di bawah pengawasan internasional.
Keterangan tersebut disampaikan Macron terkait dengan kesepakatan Teheran dengan negara superkuat soal perjanjian nuklir yang ditentang oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Baca: Soal Program Rudal Nuklir, Iran Tak Menyerah pada Barat
Shahed 129 adalah drone MALE (medium altitude, long endurance) yang dapat menjalankan misi mata-mata dan penyerangan. Shahed 129 mampu terbang selama 24 jam tanpa henti, melaju dengan kecepatan 175 km/jam, dan jangkauan maksimum 300 km dan ketinggian hingga 5,5 km. Drone ini dilengkapi rudal udara ke permukaan Sadid-1 saat melakukan misi penyerangan. militaryedge.org
Kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan negara superkuat terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Jerman dimaksudkan untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir, namun hasilnya saat ini tidak memuaskan. Iran diduga masih mengembangkan senjata nuklir.
Macron mengatakan, Prancis ingin tetap mempertahankan kesepakatan tersebut karena tidak ada lagi yang ditawarkan.Iran memiliki berbagai rudal balistik yang diperkirakan mampu menghantam sampai Eropa. Jangkauannya mencapai 2.500 kilometer. Hingga saat ini, baru Rusia, Cina dan Korea Utara yang memiliki teknologi manufaktur rudal-rudal ini. Bahkan saat ini sedang berlangsung kerja sama antara Teheran dan Pyongyang terkait rudal.
Meskipun demikian, penggunaan rudal di Yaman dan Suriah oleh Iran perlu ditangani karena menyangkut sekutu Prancis.
Baca: Uni Eropa dan Iran Sepakat Soal Nuklir
"Saya ingin ada negosiasi baru dengan kelompok bekepentingan dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB," ucapnya kepada wartawan, Selasa, 13 Februari 2018, seperti dikutip Middle East Monitor.