TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, meminta kepada negara-negara Arab di Teluk bersatu menghancurkan ISIS. "Perlawanan terhadap ISIS sejauh ini belum selesai," kata Tillerson di depan utusan negara-negara Teluk di Kuwait City seperti disiarkan Al Jazeera, Selasa, 13 Februari 2018.
Tillerson menambahkan, keretakan hubungan antara Qatar dengan bekas sekutunya di Dewan Kerjasama Teluk (GCC) -Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir- kontraproduktif untuk melumpuhkan kelompok militan tersebut.
Baca: Suriah: 80 Persen Kota Raqqa Hancur oleh Amerika Serikat
Seorang anggota tentara Amerika Serikat berfoto selfie di Qayyara saat membantu pasukan Irak merebut kota Mosul dari kelompok militan ISIS di Irak, 26 Oktober 2016. REUTERS/Alaa Al-Marjani
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada pertengahan 2017. Mereka menuduh Qatar mendanai kelompok garis keras termasuk ISIS dan terlalu dekat dengan Iran. Qatar membantah tuduhan tersebut.
"Mengakhiri operasi tempur bukan berarti kita berhasil mengalahkan ISIS," ucap Tillerson dalam pertemuan di Kuwait City, Selasa.Foto sebagian kota terlihat hancur dalam video drone Predator AU Italia di titik basis ISIS di Irak. Hasil pengintaian ini digunakan dalam penyerangan pasukan koalisi bersama militer Amerika Serikat. REUTERS/Italian Air Force/courtesy L'Espresso
Dia mengatakan, prioritas Amerika Serikat adalah mencegah ISIS mendirikan pemerintahan kekhalifahan di Irak dan Suriah, merekrut anggota baru dan mampu melatih mereka untuk penyerangan di masa yang akan datang.
Baca: Rusia Tuduh AS Latih Eks ISIS untuk Kacaukan Suriah
"Tanpa perhatian berkelanjutan dan dukungan dari anggota koalisi, kita akan dihadapkan pada risiko kembalinya kelompok ekstrimis seperti ISIS di Irak dan Suriah serta mengembangkannya di wilayah baru," ujarnya. Tillerson menambahkan, Amerika Serikat akan menggelontorkan dana sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun untuk mendukung stabilisasi di Suriah.