TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dicap sebagai misoginis atau anti-wanita dan "macho-facist" setelah dia memerintahkan tentara negara itu untuk menembak pemberontak komunis perempuan di vagina mereka.
Dalam sebuah pidato di hadapan lebih dari 200 bekas tentara komunis pemberontak di Malacañang pada pekan lalu, Duterte memberi tentaranya petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan terhadap gerilyawan perempuan.
Baca: Rodrigo Duterte Minta Tentara Filipina Tembak Vagina Pemberontak
"Kami hanya akan menembak bagian pribadi Anda, sehingga jika bagian pribadi itu tidak ada, maka Anda tidak berguna lagi," kata Duterte.
Baca: ICC Memeriksa Pengaduan Atas Duterte Soal Extrajudicial Killing
Duterte menyebutkan kata Visayan "bisong", yang berarti vagina, berulang kali sepanjang pidato, meskipun kemudian disensor dari transkrip Istana resmi. Kata itu diganti dengan garis putus-putus. Namun, ucapan itu direkam karena menimbulkan tawa dari undangan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memegang sebuah senjata saat mengunjungi tentara yang memerangi kelompok ekstremis Maute di Marawi, Filipina, 24 Agustus 2017. Presidential Palace/Handout via REUTERS
Komentar Duterte itu disambut kritik dari para tokoh dan netizen yang beralih ke media sosial untuk menyampaikan keluhan mereka. Dan musisi dan aktivis Jim Paredes menjadi orang menolak tanpa berbasa-basi.
"Anda tidak malu, Anda tidak menghormati wanita. Hei, Anda memiliki seorang ibu, istri, gundik dan anak perempuan, mereka wanita!" kata Paredes.
Sementara editor dan penulis Joel Pablo Salud berkomentar bahwa Presiden "tidak menghormati wanita dan sama sekali tidak menghormati militer."
Jurnalis Mags Z. Maglana, juga mengecam pernyataan Duterte itu.
Netizens dengan cepat menanggapi Maglana, dengan satu netizen bernama Maita Arreola mengatakan klaim bahwa Duterte pro-wanita sebagai palsu.
Seorang netizen lainnya, Sharifa Ali-Dans, mengungkapkan bahwa tragis mendengar pernyataan semacam itu berasal dari mulut seorang pemimpin.
Sementara penulis dan profesor pemenang penghargaan, Jhoanna Cruz, mengatakan tidak ada yang tidak beres dengan yang Presiden Duterte katakan. Dia juga mengatakan pernyataan mungkin salah satu humor bodohnya. Rufa Cagoco-Guiam menanggapi Cruz , mengatakan kepadanya bahwa tidak ada yang lucu mengenai ucapan Duterte.
Perintah konyol Duterte itu juga membuat marah organisasi hak asasi manusia dan kelompok perempuan.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengenakan rompi antipeluru dan helm saat mengunjungi tentara yang memerangi kelompok ekstremis Maute di Marawi, Filipina, 24 Agustus 2017. Ini merupakan kunjungan ketiga Duterte ke wilayah perang Marawi. Presidential Palace/Handout via REUTERS
"Ini hanya yang terbaru dalam serangkaian pernyataan misoginis, menghina dan merendahkan yang telah dia buat tentang wanita," kata Carlos H Conde, peneliti Filipina untuk Human Rights Watch.
"Ini mendorong kekuatan negara untuk melakukan kekerasan seksual selama konflik bersenjata, yang merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional."
Anggota Kongres Filipina, Emmi de Jesus, yang berbicara atas nama Partai Wanita Gabriela, mencela Duterte sebagai orang fasik. Dia juga mengaatakan komentar anti-wanita itu akan membawa terorisme negara terhadap wanita dan masyarakat ke tingkat yang baru.
Dia menggambarkan Duterte sebagai "figur macho-fasis" yang paling berbahaya di pemerintahan saat ini.
"Dia telah mengemukakan dirinya sebagai lambang misogini dan fasisme yang digulirkan dalam bersamaan," kata Emmi, seperti dilansir Guardian pada 13 Februari 2018.
Duterte memiliki sejarah kelam membuat berbagai ucapan yang mengancam dan misoginisistik terhadap wanita.
Selama kampanye pemilihannya pada 2016, Duterte berbicara tentang kerusuhan di penjara 1989 dimana seorang misionaris wanita Australia diperkosa sebelum terbunuh. Dia bercanda bahwa dia berharap memiliki kesempatan untuk melakukannya sendiri.