TEMPO.CO, London - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan pemerintah akan menambah pengawasan terhadap lembaga bantuan penerima donasi menyusul terungkapnya 'perilaku mengerikan' dari sejumlah pimpinan dan staf Oxfam International terkait membayar pekerja seks menggunakan dana lembaga.
Juru bicara Perdana Menteri mengatakan Menteri Pembangunan Internasional, Penny Mordaunt, bertemu dengan pimpinan Oxfam untuk membahas langkah penanganan skandal seksual yang melibatkan staf lembaga donor itu di Haiti dan Chad.
Baca: Terungkap, Direktur Oxfam Bayar Pekerja Seks Pakai Dana Publik
"Departemen Pembangunan Internasional telah mengambil tindakan untuk menerapkan toleransi nol terhadap kasus ini. Ada sejumlah tindakan yang telah diambil tapi kami ingin lebih jauh lagi," kata juru bicara dari kantor Perdana Menteri, seperti dilansir Reuters, Senin, 12 Februari 2018.
Baca: Darmin Kesal Ketimpangan Indonesia Disebut Oxfam Terburuk
Penny Mordaunt mengatakan pemerintah Inggris telah mendapatkan penjelasan dari pengurus Oxfam mengenai skandal seks ini termasuk nama-nama yang terlibat agar proses hukum bisa ditegakkan.
"Oxfam meminta maaf kepada saya dan rakyat Inggris dan Haiti mengenai perilaku memalukan dari sejumlah staf mereka," kata Mordaunt.
Duta Besar Haiti untuk Inggris, Bocchit Edmond, meminta nama-nama orang yang terlibat diserahkan juga kepada pemerintah Haiti untuk diproses secara hukum. Pemerintah Haiti mengaku merasa malu dan terkejut dengan terkuaknya kasus ini.
"Pejabat eksekutif yang mengetahui peristiwa ini terjadi dan membiarkan orang-orang itu pergi begitu saja tanpa memberitahu pihak berwenang adalah salah," kata Edmond.
Direktur Eksekutif Oxfam International, Winnie Byanyima, mengaku sangat sedih dengan skandal seks yang melibatkan pimpinan dan staf Oxfam.
"Saya merasa sangat sakit.. Apa yang terjadi di Haiti, sejumlah lelaki dengan kewenangan yang dimiliki menyakiti orang-orang yang seharusnya mereka lindungi," kata perempuan kulit hitam yang menempati posisinya ini sejak 2013. "Kami ingin mengembalikan kepercayaan.
Sebelumnya, pengurus Oxfam membantah berupaya menutup-nutupi kasus yang terjadi di Chad dan Haiti. Ini dibuktikan dengan investigasi internal yang berujung dengan pemberhentian 4 staf di Haiti termasuk pengunduran diri tiga orang lainnya seperti country director Roland Van Hauwermeiren.
Van Hauwemeirin bertugas di Chad pada 2006 sebelum bertugas di Haiti pada 2010. Dia belum memberikan pernyataan soal ini setelah kisahnya dimuat media Times dari Inggris pada Jumat pekan lalu. Menurut temuan media ini, Van Hauwemeirin membayar pekerja seks termasuk yang di bawah umur. Modusnya dia mengadakan pesta dan mengundang pelacur ke rumah dinas, yang dibiayai Oxfam.
Seperti dilansir Telegraph, dua pimpinan Oxfam mengundurkan diri pasca terungkapnya kasus ini. Keduanya merasa malu dan menuding pimpinan Oxfam belum melakukan langkah memadai untuk menangani persoalan ini, yang sudah diketahui sejak bertahun-tahun lalu.
CNN melansir, Oxfam, yang terdiri dari sekitar 20 lembaga donor independen, mendapat sumber pendanaan dari pemerintah Inggris dan juga swasta. Pada tahun fiskal terkini, Oxfam menggunakan dana bantuan sekitar US$414 juta atau sekitar Rp5,7 triliun di 90 negara. Pemerintah Inggris menyumbang US$40 juta atau sekitar Rp546 miliar per tahun. Beberapa perusahaan besar menyumbang Oxfam untuk mendanai kegiatan bantuan kemanusiaan untuk para korban kelaparan, perang dan bencana alam seperti Visa, Google, Paypal, dan Unilever.