TEMPO.CO, London -- Deputy Chief Executive Oxfam International, Penny Lawrence, mengundurkan diri pada Senin, 12 Februari 2018, menyusul terkuaknya skandal seks yang melibatkan pimpinan lembaga donor ini.
"Selama beberapa hari ini kita mulai menyadari ada masalah yang muncul terkait perilaku staf di Chad dan Haiti dan kita gagal menyikapinya secara memadai," kata Lawrence seperti dilansir media CNN, Senin, 12 Februari 2018.
Stiker Oxfam di salah satu toko lembaga nirlaba itu di London, Inggris. Reuters.
Baca: Terungkap, Direktur Oxfam Bayar Pekerja Seks Pakai Dana Publik
Lawrence melanjutkan,"Sekarang menjadi jelas tuduhan-tuduhan ini -- mengenai membayar pekerja seks dan terkait dengan perilaku direktur dan anggota timnya di Chad -- telah disampaikan sebelum dia pindah ke Haiti."
Baca: Darmin Kesal Ketimpangan Indonesia Disebut Oxfam Terburuk
Country Director, Roland van Hauwermeiren, dan anggotanya timnya bertugas di Chad pada 2006. Pada 2010, dia dan timnya pindah tugas ke Haiti padahal ada informasi mengenai perilaku seksual melibatkan pekerja seks saat mereka bertugas di Chad.
"Lima tahun kemudian dia bertugas di Haiti dan terlibat dalam skandal seks yaitu para pimpinan senior dituding membayar pekerja seks dalam pesta seks, yang beberapa diantaranya masih di bawah umur," begitu dilansir media Telegraph, Selasa, 12 Februari 2018.
Van Hauwermeiren belum memberikan tanggapan pasca munculnya berita ini pertama kali pada Jumat pekan lalu seperti dilansir media Times dari Inggris.
Beberapa jam setelah mundurnya Penny Lawrence, kepala Oxfam Helen Evans ikut mengundurkan diri. Dia mengatakan pimpinan Oxfam mengabaikan komplain yang disampaikannya mengenai pelecehan seksual hingga pemerkosaan yang melibatkan staf Oxfam terhadap pekerja toko Oxfam di Inggris dan luar negeri.
"Sekitar sepuluh persen staf Oxfam mendapat serangan seksual dari kolega atau menyaksikan tindakan itu," begitu dilansir Telegraph mengutip penjelasan Evans.
Menurut Evans dalam wawancara dengan Channel 4, ada ribuan staf Oxfam yang berdedikasi dan mempertaruhkan keselamatannya setiap hari dalam menjalankan program bantuan kemanusiaan. "Mengenai pimpinan senior tim Oxfam, saya pikir mereka perlu melihat ke belakang dan mengatakan apakah mereka melakukan tindakan yang mencukupi untuk menciptakan kondisi yang aman?"
Evans mengatakan ada 12 tuduhan tindakan pelecehan hingga penyerangan seksual dalam 2 tahun, yang melibatkan staf Oxfam terhadap pekerja yang lebih muda usianya hingga yang berusia 14 tahun.
Pengurus Oxfam membantah berupaya menutup-nutupi kasus yang terjadi di Chad dan Haiti. Ini dibuktikan dengan investigasi internal yang berujung dengan pemberhentian 4 staf di Haiti termasuk pengunduran diri tiga orang lainnya termasuk country director Van Hauwermeiren.
Oxfam, yang terdiri dari sekitar 20 lembaga donor independen, mendapat sumber pendanaan dari pemerintah Inggris dan juga swasta. Pada tahun fiskal terkini, Oxfam menggunakan dana bantuan sekitar US$414 juta atau sekitar Rp5,7 triliun untukberbagai kegiatan bantuan di 90 negara.
Pemerintah Inggris menyumbang US$40 juta atau sekitar Rp546 miliar per tahun uuntuk Oxfam. Beberapa perusahaan besar yang menyumbang untuk mendanai kegiatan bantuan kemanusiaan Oxfam untuk para korban kelaparan, perang dan bencana alam selain Visa seperti Google, Paypal, Marks and Spencer dan Unilever.