TEMPO.CO, Riyadh - Hotel mewah Ritz Carlton, Riyadh, kembali beroperasi pada Ahad, 11 Februari 2018, setelah selama sekitar tiga bulan ditutup dan berubah menjadi tempat penahanan sekitar 200 elit Arab Saudi tersangka korupsi dari kalangan pangeran, pejabat dan bekas pejabat, hingga konglomerat.
"Saat ini, hotel ini menjadi terkenal. Setiap orang ingin mengunjunginya hanya sekadar untuk berfoto," kata Ahmed al-Safer, seorang pengusaha Yaman-Amerika, yang kerap mengunjungi Ritz secara rutin seperti dilansir Reuters, Ahad, 11 Februari 2018. Pada Ahad kemarin, Ahmed mengatakan dia datang ke hotel ini sekadar untuk minum teh bersama beberapa teman.
Pangeran Alwaleed Bin Talal terlihat sedang berkuda di sebuah dataran gurun pada Jumat, 2 Februari 2018, setelah keluar dari tahanan di Hotel Ritz Carlton pada 27 Januari 2018. Twitter
Baca: Arab Saudi Menahan Aktivis Usai Bertanya Soal Israel
Hotel Ritz merupakan tempat menginap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, saat berkunjung ke Arab Saudi pada 2017. Selama tiga bulan, hotel ini ditutup dengan penjaga berseragam hitam berpatroli berjaga ketika proses penahanan para tersangka korupsi sedang berlangsung.
Baca: Peraih Nobel Desak Arab Saudi dan UEA Tinggalkan Yaman
Media Daily Mail menyebut para penjaga di sekitar hotel merupakan pasukan khusus Arab Saudi. Sedangkan tim keamanan di dalam hotel berasal dari personel tentara bayaran AS yaitu Blackwater, yang berubah nama menjadi Xe lalu Academi. Manajemen Academi membantah kabar keterlibatan ini.
Saat ini dikabarkan masih ada 56 tersangka kasus korupsi, yang telah dipindahkan ke penjara pengamanan maksimum Al Ha'ir sekitar dua pekan lalu. Mereka kemungkinan akan menjalani proses persidangan karena mengaku tidak terlibat korupsi.
Para pengusaha berjas juga mulai tampak di dalam hotel. Mereka sebelumnya terpaksa berpindah hotel secara tiba-tiba ketika gerakan antikorupsi dideklarasikan pada 4 November 2017.
"Sebuah kehormatan untuk bisa kembali," kata salah satu pengusaha asing, yang tinggal di hotel itu dan sedang menunggu mobil mewah untuk mengantarnya ke kantor.
Menurut dia, operasi antikorupsi Saudi tidak meninggalkan jejak apapun di hotel, yang memiliki 492 kamar. "Anda langsung lupa begitu berada di dalam kamar dan Anda tenggelam di dunia Anda sendiri." Harga sewa kamar termurah per hari di hotel ini sekitar $650 atau sekitar Rp8,9 juta.
Suasana di lobi hotel terlihat normal dengan sejumlah pegawai hotel berjaga di posisinya di bawah lampu hias kristal. Musik padang pasir terdengar mengalun dari pengeras suara dan aroma khas setempat semerbak di ruangan.
Beberapa tokoh besar Saudi yang ditahan di Ritz terkait operasi antikorupsi adalah konglomerat terkaya Pangeran Alwaleed bin Talal dan Pangeran Miteb bin Abdullah, yang sempat digadang-gadang bakal menjadi raja sebelum digantikan Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman.
Pangeran Miteb dibebaskan setelah sepakat membayar ganti rugi uang negara sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp13,5 triliun. Sedangkan Pangeran Alwaleed membantah terlibat korupsi dan mengaku mendukung pemberantasan tindak pidana korupsi.
Seorang pejabat Saudi mengatakan Alwaleed dilepaskan setelah bersedia membayar sesuai kesepakatan finansial dengan pemerintah. Menurut kejaksaan agung Saudi, pemerintah Saudi mendapat sekitar US$106 miliar atau sekitar Rp1443 triliun.