TEMPO.CO, Jakarta- Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Mohammed bin Abdulkarim al-Issa mengatakan, dunia saat ini mengeluh tentang ketidakpahaman terhadap rencana Tuhan dengan keberagaman agama, intelektual, budaya dan peradaban, sama seperti ketiadaan pemahaman mengenai pentingnya koeksistensi satu dengan lainnya, sebagai aturan mendasar untuk perdamaian dan harmoni di antara manusia.
Sekjen al -Issa mengatakan hal itu saat berbicara di konferensi Alliance of Virtue for Common Good di Washington, Amerika Serikat yang dihadiri 400 tokoh agama, politik, sosial, intelektual, dan sejumlah pejabat pemerintah dari seluruh dunia.
Baca: Liga Muslim Dunia: Muslim Harus Hormati Konstitusi dan Toleran
Mengutip Al Arabiya, Sabtu, 10 Februari 2018, Issa mencermati bahwa teks agama sama seperti juga teks konstitusi dan legal dapat diintepretasi dan dimanipulasi.
Issa menegaskan, semua tindakan kekerasan atas nama agama merupakan hasil dari ketiadaan aksi dan mengabaikan keberadaan manusia yang beragama secara bijak.
"Ketiadaan dialog yang konstruktif dan tidak ada tujuan bersama yang terkait dengan nilai-nilai dan koeksistensi telah menimbulkan dampak nyata dalam realita kita hari ini," kata Issa seperti dikutip dari Arab News.
Menurut Issa, konflik ideologi dan konflik agama dan berikutnya ekstrimisme dan melawan ekstrimisme bukan hanya tanggung jawab mereka yang secara ideologi mengalami cuci otak, tapi juga mereka yang telah mempersiapkan terjadinya konflik seperti itu.
Baca: Mohammed bin Salman Ajak 41 Negara Muslim Perangi Terorisme
Issa menjelaskan agama melalui sejarah yang penuh penderitaan dari orang-orang yang mempelajari teks agama dengan hati namun tanpa memahami atau menyadari, dan kemudian memimpin di bidang keilmuwan dan intelektual yang hasilnya adalah bencana bagi agama dan diri mereka sendiri.
Oleh karena itu, Issa menegaskan pentingnya program agama dan pendidikan difokuskan pada pembangunan moral dan nilai-nilai perilaku, dan pemahaman rencana Allah terhadap keberagaman, dan meningkatkan nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan untuk seluruh manusia.
Konferensi ini kemudian melahirkan rekomendasi dan keputusan untuk mengembangkan dan mengaktifkan Deklarasi Washington, melakukan kampanye kemanusiaan untuk satu miliar orang-orang kelaparan di seluruh dunia, dan membentuk dewan multi agama di kalangan tokoh agama terkemuka guna mendukung mediasi dan rekonsiliasi serta intervensi segera guna mengakhiri perang dan bentrokan antar warga sipil.