TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Arab Saudi menahan seorang aktivis perempuan setelah dia mempertanyakan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel.
"Dia kemungkinan bakal mendekam dalam penjara selama lima tahun," kata kelompok hak asasi manusia berbasis di Inggris seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu, 10 Februari 2018.
Baca: Arab Saudi - Israel Mesra, Putra Mahkota Kunjungi Tel Aviv
PM Israel Netanyahu dan Raja Salman. REUTERS
Aktivis itu bernama Noha al-Balawi. Menurut laporan pembela hak asasi manusia ALQST, Kamis, 8 Februari 2018, dia mendekam dalam tahanan di kawasan Tabuk, sebelah barat daya Arab Saudi, lebih dari dua minggu.
ALQST menerangkan, al-Balawi ditahan di kantor polisi di Tabuk pada 23 Januari 2018. Sejak itu dia tak kembali ke rumah. Penahanan itu, jelas otoritas Arab Saudi, karena aktivitasnya di jejaring media sosial.
"Dia ditahan setelah aktivis media sosial itu mempertanyakan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel," kata ALQST.
Dalam klip video yang dia unggah di media sosial, Balawi menyatakan, "Normalisasi itu sama artinya dengan menerima pendudukan," dia mengacu kepada penguasaan Israel atas tanah Palestina.Anak-anak belajar di antara puing-puing bangunan sekolah mereka di desa Abu Nuwar, Tepi Barat, Palestina, 4 Februari 2018. Tentara Israel menghancurkan sekolah mereka karena bangunan yang didanai Uni Eropa itu dianggap ilegal. AP Photo/Mahmoud Illean
Dia melanjutkan, "Biarkan saya menjelaskan, kita tidak akan pernah megakui Israel, berapapun yang harus kita bayar. Tidak untungnya bagi negara-negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel. Normalisasi itu hanya menguntungkan negara Zionis."
Baca: Israel Undang Putra Mahkota Saudi Bin Salman Bahas Palestina
Dalam beberapa bulan terakhir ini, hubungan antara Arab Saudi dengan Israel dikabarkan menghangat. Sejumlah media pernah menulis Putra Mahkota Mohammed bin Salman diam-diam berkunjung ke Israel pada September 2017. Kabar tersebut dibantah Kerajaan.