TEMPO.CO, Jakarta -Perekenomian Yaman diambang bangkrut lantaran milisi Houthi menerapkan pungutan layaknya retribusi kepada para pedagang, warga, dan barang-barang yang keluar dan masuk di pelabuhan.
Milisi Houthi juga menaikkan harga produk-produk penting termasuk gas dan minyak.
Baca: Peraih Nobel Tawakkol Karman Tuding Saudi-UEA Pecah Belah Yaman
Peringatan perekonomian Yaman segera bangkrut diungkapkan Menteri Industri dan Perdagangan Yaman Abdu Bishr dalam suratnya kepada pemimpin Dewan Mahkamah Politik dan Perdana Menteri Abdel Aziz bin Habtour.
Surat menteri Abdu Bishr bocor sehingga terungkap ke media, seperti dilaporkan Al Arabiya, Senin, 5 Februari 2018.
Milisi Houthi, kata Abdu Bishr, membuat keputusan yang salah dengan memugut uang dengan alasan upaya militer. Kenaikan harga dibuat tanpa memberikan alasan yang masuk akal.
Shamaa Qassim Eyssa, 35 tahun memandikan anaknya Abdu Mohammed Ruzaiq, saat berada di tempat tinggalnya di tempat pembuangan sampah di pelabuhan Laut Merah di Hodeidah, Yaman, 16 Januari 2018. Tempat pembuangan sampah menjadi sumber makanan bagi ratusan orang Yaman yang miskin. REUTERS/Abduljabbar Zeyad
Baca: Houthi Ambil Alih Ibukota Yaman Setelah Bunuh Eks Presiden
Selain itu, ia juga menuding Gerakan Houthi telah memperburuk pertukaran harga karena masalah keuangan yang terkait dengan pendapatan yang dikelola sembarangan orang, bukan oleh bank.
"Konsekwensi serius dihasikan dari orang gila, tak logis dan tidah berdasar telah meningkatkan harga-harga," ujarnya seraya mengingatkan terjadinya bencana kelaparan yang nyata.
Milisi Houthi saat ini telah menguasai Sanaa, ibukota Yaman dan beberapa daerah lainnya. Pemerintahan Yaman yang diakui dunia internasional terpaksa pindah ke Aden. Namun kelompok pemberontak selatan kemudian menguasai Aden dan menuntut merdeka.
Milisi Houthi yang didukung Iran berusaha melengserkan pemerintahan yang diakui internasional. Saat ini presiden Yaman menyelamatkan diri ke Arab Saudi, sekutunya.