TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, terbang ke Italia untuk bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Paus Fransiskus di Vatikan mengenai status Kota Yerusalem.
Erdogan terbang pada Ahad malam, 4 Februari 2018 waktu setempat ke Kota Roma. Setibanya di sana, dia akan membahas masalah Kota Yerusalem setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kota suci itu sebagai ibu kota Israel.
Baca:
Paus Fransiskus ke Ulama Mesir: Pertahankan Status Quo Yerusalem
Sebelum meninggalkan Turki, Erdogan mengatakan Amerika telah mengisolasi dirinya sendiri dengan keputusannya mengenai status Kota Yerusalem, yang bangsa Palestina ingin berbagi dengan bangsa Israel sebagai ibukota masa depan mereka.
Baca: Paus Fransiskus Minta Eropa Lawan Rasisme dan Anti-Semitisme
"Dalam proses ke depan, ayo dan terima Yerusalem sebagai ibu kota Palestina. Inilah titik yang harus dicapai. Kami sekarang bekerja untuk ini," kata Erdogan, seperti yang dilansir Reuters pada 5 Februari 2018.
Erdogan akan bertemu dengan Paus pada Senin, 5 Februari 2018, yang merupakan kunjungan pertama Presiden Turki ke Vatikan dalam 59 tahun.
"Saya melihat kunjungan ini sebagai kesempatan yang signifikan dalam hal menarik perhatian pada nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan dan pesan perdamaian," kata Erogan kepada wartawan. Berita ini juga dilansir Daily Sabah dan Haaretz.
"Kami akan membahas Palestina, Yerusalem, Suriah, Irak, perang melawan terorisme, masalah pengungsi, bantuan kemanusiaan dan perang melawan Islamofobia dan rasisme budaya di Barat," katanya, mengacu pada pertemuannya dengan Paus Fransiskus.
Erdogan sebelumnya sempat berselisih paham dengan Paus ketika pada tahun 2015, saat Fransiskus diangkat menjadi kepala Gereja Katolik Roma. Saat itu Paus menyebut secara terbuka bahwa pembunuhan pada 1915 terhadap sekitar 1,5 juta orang Armenia oleh Turki, sebagai "genosida". Sesuatu yang selalu ditolak oleh Turki.
Namun kedua pria ini telah menemukan jalan yang sama dalam isu status oKota Yerusalem. Keduanya telah berrbicara melalui telepon setelah Trump membuat pengumumannya itu pada Desember. Paus dan Erdogan juga menyetujui setiap perubahan status kota harus dihindari.
Kedua pemimpin itu juga diperkirakan akan membahas situasi di Suriah dan Irak serta bantuan kemanusiaan dan pengungsi.
Pada bulan lalu, Turki mengirim pasukan ke negara tetangga Suriah untuk menyerang milisi YPG Kurdi di dekat perbatasan selatannya. Turki melihat milisi Kurdi ini sebagai kelompok teroris dan perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dilarang karena dicap sebagai teroris. Pemerintah Turki juga telah mengabaikan kritik dari dalam dan luar negeri selama operasi itu.
Demonstrasi diperkirakan akan terjadi di Roma untuk menandai kunjungan Erdogan dan sekitar 3.500 polisi dan pasukan keamanan akan bertugas menjaga selama berlangsungnya pembicaraan kedua tokoh.
Erdogan juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Italia Sergio Mattarella dan Perdana Menteri Paolo Gentiloni pada hari Senin, serta pemimpin bisnis lokal seusai bertemu Paus Fransiskus.