TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin umat katolik dunia, Paus Fransiskus menyerukan kepada seluruh umat beragama dan kepercayaan lainnya di seluruh dunia untuk berdoa dan puasa serentak pada 23 Februari 2018. Paus meminta agar setiap individu untuk tegas menyatakan tidak pada kekerasan dan konflik demi terwujudnya perdamaian abadi di dunia.
Paus menyampaikan seruan perdamaian itu saat memimpin misa di hadapan puluhan ribu umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus pada Minggu, 4 Februari 2018.
Baca: Paus Fransiskus Minta Eropa Lawan Rasisme dan Anti-Semitisme
Seperti yang dilansir Reuters pada 4 Februari 2018, pada kesempatan itu Bapa Suci umat Katoik itu juga mendesak agar konflik panjang yang tragis di seluruh dunia segera dihentikan.
"Semua orang, dengan hati nurani mereka sendiri, di hadapan Tuhan, harus bertanya 'apa yang bisa saya lakukan untuk perdamaian?'"
"Tentunya kita bisa berdoa tapi tidak hanya itu: masing-masing dari kita bisa mengatakan 'tidak' terhadap kekerasan dengan cara masing-masing, karena kemenangan yang didapat melalui kekerasan adalah kemenangan palsu, sementara bekerja untuk perdamaian memberi manfaat bagi semua," katanya.
Baca: Paus Fransiskus ke Ulama Mesir: Pertahankan Status Quo Yerusalem
Paus Fransiskus kemudian secara khusus mengundang umat beragama lain dan kepercayaan lain untuk bergabung dalam inisiatif ini sesuai keinginan mereka, tapi harus dilakukan secara serentak.
Paus mengatakan bahwa doa dan puasa khusus ditujukan kepada rakyat Republik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan.
Baca: Paus Fransiskus Ingin Ubah Doa Bapa Kami, Ini Alasannya
Sudan Selatan dilanda perang sipil dan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Republik Demokratik Kongo telah dilanda kerusuhan bulan ini setelah penembakan memprotes gereja-gereja prodemokrasi yang menentang Presiden Joseph Kabila. Paus Fransiskus memilih tanggal 23 Februari karena merupakan Jumat pertama di masa Prapaskah, di mana umat mulai berpuasa dan pantang serta beramal sebagai pertanda pertobatan.