TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Libanon Saad Hariri mengatakan negaranya tidak akan memaksa pengungsi Suriah kembali ke kampung halamannya.
Pernyataan Hariri itu disampaikan pada konferensi negara-negara donor di Beirut. Mereka diminta memberikan bantuan kemanusiaan sebesar US$ 2,68 miliar atau setara dengan Rp 36 triliun tahun ini.
Baca: Libanon Terapkan Visa bagi Pengungsi Suriah
Sejumlah anak perempuan pengungsi Suriah saat berada di luar kelas sekolah khusus pengungsi yang dibangun Kayany Foundation di Bar Elias, Bekaa valley, Libanon, 19 Oktober 2017. REUTERS/Aziz Taher
"Kami ingin mereka hidup bermartabat, mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah, dan membiarkan generasi Suriah kembali membangun negara mereka," ucapnya seperti dikutip Middle East Monitor.
Terkait dengan tekanan terhadap Libanon, Hariri menjelaskan bahwa negaranya akan mematuhi hukum internasional dan hanya akan mengembalikan mereka ke negaranya dalam kondisi sudah siap. Hariri menambahkan, negaranya juga memberikan bantuan kepada pengungsi Suriah melalui kerja sama dengan lembaga PBB.
Baca: Libanon Butuh Rp 3,6 Triliun bagi Pengungsi Suriah
Sejumlah pengungsi Suriah berada di sekitar puing-puing kamp yang terbakar di kota Bar Elias, lembah Bekaa, Libanon, 4 Juli 2017. REUTERS/Hassan Abdallah
"Kondisi Libanon lebih baik daripada beberapa negara yang tidak bersedia menerima pengungsi masuk. Kami membuka pintu untuk pengungsi dan kami melihat ada ketakutan serta keputusasaan di raut muka mereka akibat perang di negara mereka."