TEMPO.CO, Jakarta - Bom molotov telah dilemparkan ke kawasan vila tepi danau milik pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi di pinggiran kota Yangon.
Juru Bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay membenarkan laporan tersebut namun tidak memberikan rincian lebih lanjut. " Bom molotov," kata Htay, seperti yang dilansir Channel News Asia pada 1 Februari 2018.
Baca: Dewan Kota Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi
Tidak diketahui motif ataupun siapa yang bertanggung jawab atas lemparan bom molotov pada Kamis, 1 Februari 2018.
Beruntung saat kejadian, Suu Kyi tidak berada di tempat. Ia saat itu di Naypyidaw, ibukota Myanmar untuk bertemu parlemen yang memperingati ulang tahun kedua pemerintahan NLD yang berkuasa.
Baca Juga:
Bom molotov tersebut menyebabkan kerusakan ringan. Tapi serangan terhadap vila tempat Suu Kyi dipenjara selama bertahun-tahun sebagai tahanan rumah oleh bekas junta itu sangat simbolis.
Baca: Bela Rohingya, Oxford Lucuti Gelar Aung San Suu Kyi Lagi
Beberapa bulan terakhir, Suu Kyi menjadi sasaran kecaman internasional atas dugaan pembersihan etnis oleh pemerintahnya terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya di negara tersebut.
Pemerintah Suu Kyi tegas membantah tuduhan bahwa pihaknya dengan sengaja menargetkan warga sipil Rohingya di negara bagian Rakhine.
Baca: Tuntut Batalkan Nobel Suu Kyi, Simak Dulu 3 Hal Penting Ini
Hampir 700.000 orang Rohingya telah melarikan diri untuk menghindar dari tindakan militer brutal di negara bagian Rakhine utara. Mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak Agustus 2017, membawa kesaksian tentang pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran.
Tapi di dalam negeri, Aung San Suu Kyi, yang memenangkan pemilihan pada tahun 2015, masih dianggap sebagai pahlawan wanita mayoritas penduduk Budha, yang dengan senang hati menjulukinya "Lady".