TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah rumah sakit di Gaza menghentikan layanan pada Senin lalu setelah kehabisan bahan bakar. Hal itu diungkapkan Kementerian Kesehatan Palestina. Hal ini merupakan dampak kekurangan listrik parah yang dihadapi wilayah Palestina yang diblokade itu.
Seperti dilansir Daily Sabah, Selasa, 30 Januari 2018, Rumah Sakit Beit Hanoun di Gaza utara menangguhkan layanan medis karena kekurangan bahan bakar. “Sejumlah pasiennya dipindahkan ke rumah sakit lain,” ucap juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf al-Qudra.
Qudra mengatakan sekitar 60 ribu orang biasanya dilayani rumah sakit yang merawat puluhan pasien dalam kondisi serius itu. Rumah sakit lain, termasuk Shifa Hospital yang terbesar di Gaza, tetap buka.
Ia berujar, pada tingkat ketersediaan listrik saat ini, rumah sakit membutuhkan 500 liter bahan bakar sehari untuk mengoperasikan pembangkit dan menjalankan layanan medis.
Baca juga: Krisis Listrik, Nyawa 200 Bayi di Rumah Sakit di Gaza Terancam
Gaza menderita akibat kekurangan energi. Warganya hanya mendapat listrik selama beberapa jam dalam sehari.
Cuaca dingin di Gaza memicu peningkatan permintaan listrik dan bahan bakar untuk pembangkit. Daerah itu membutuhkan listrik 500 megawatt sehari, tapi menerima kurang dari separuhnya.
Israel mempertahankan pengepungan Gaza selama satu dekade dengan alasan diperlukan untuk membatasi Hamas, kelompok Islam yang memerintah wilayah tersebut. Hamas juga menjadi lawan Israel dalam tiga perang sejak 2008.
Otoritas Palestina yang bermarkas di Tepi Barat yang diduduki Israel bersepakat mengakhiri pemangkasan pembayaran listrik untuk Gaza. Barang-barang dan pasokan seperti bahan bakar yang tidak masuk dalam daftar larangan Israel diperbolehkan masuk melalui satu penyeberangan dari Israel ke Gaza.
Mesir juga menutup perbatasannya dengan Gaza dalam beberapa tahun terakhir, tapi masih mengizinkan impor bahan bakar tertentu.