TEMPO.CO, Jakarta - Bangladesh mulai membangun taman pengendalian amarah di ibu kota Dhaka, yang diharapkan akan membantu 15 juta warga mengatasi stres sehari-hari.
Seperti dilansir Daily Nation, Senin, 29 Januari 2018, kemacetan lalu lintas yang membuat komuter terperangkap di mobil mereka hingga lima jam sehari, polusi suara dan debu, kekacauan di musim hujan, serta kejahatan kecil menjadi keluhan sehari-hari warga Dhaka.
Sayeed Khokon—wali kota di bagian selatan Kota Dhaka—berharap taman seluas 15 hektare yang dibangun dengan anggaran US$ tujuh juta atau sekitar Rp 93,4 miliar di dekat kantor pemerintah utama itu bisa membantu mengurangi stres.
Proses pembangunan Taman Goswa Nibaroni atau pengendalian amarah, yang dimulai Ahad lalu, diperkirakan akan memakan waktu 12 sampai 14 bulan. Taman ini akan meliputi danau, tempat makan, musik yang santai, dan televisi dengan layar raksasa.
Baca juga:
Ke Bangladesh, Jokowi Bawa Bantuan untuk Pengungsi Rohingya
Khokhon menyebut konsep taman ini berasal dari tradisi kuno Bangladesh. Desa-desa memiliki gubuk kemarahan di tepi sungai terdekat untuk menenangkan orang-orang yang marah.
"Ide semacam itu sudah lama dilupakan. Kehidupan kota bisa menimbulkan stres berat. Penduduk kota dengan mudah mengalami kegelisahan," kata Khokon.
"Kalau Anda bertengkar dengan istri, Anda bisa pergi ke taman ini dan bersantai."
Dhaka, salah satu kota metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di dunia, kehilangan ruang hijau karena pembangunan massal wilayah permukiman baru.
Kota yang dulu dikenal dengan pepohonannya itu kini menjadi salah satu kota paling tercemar di dunia dengan tingkat polusi mendekati New Delhi di India.
Warganet terbelah antara yang mendukung dan menolak. Mereka yang menolak menganggapnya sebagai pemborosan anggaran.
Para pengkritik juga khawatir taman baru itu akan bernasib sama dengan ruang terbuka hijau lain di ibu kota Bangladesh, yang menjadi tempat nongkrong penjahat, pekerja seks, dan pengedar narkoba. "Inisiatif yang bagus, sampai ini menjadi surga bagi penjaja narkoba dan pelacuran," tulis Iftekhar Alam di Facebook.