TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson, memperingatkan militer Rusia bersiap untuk membunuh ribuan rakyat lewat serangan yang menghancurkan infrastruktur Inggris.
Williamson menuduh intelejen Moskow kini sedang meneliti infrastruktur penting di Inggris, termasuk infratruktur pasokan gas dan listrik, dengan tujuan mengetahui kehancuran apa yang bakal menciptakan kepanikan dan kekacauan bagi jutaan orang Inggris.
Baca: Gavin Williamson, Menhan Baru Inggris, Memelihara Tarantula
"Rencana serangan Rusia tidak dengan menempatkan kapal perangnya di South Bay di Scarborough, dan di lepas pantai Brighton," kata Williamson, seperti dilansir Mirror pada 26 Januari 2018. Berita ini juga dilansir media Business Insider dan Telegraph.
Baca juga:
Trump Mau Minta Maaf ke Inggris Soal Video Anti-Muslim, Kenapa?
Ini Cronus, Tarantula Besar Piaraan Menhan Inggris yang Baru
"Mereka tengah mempersiapkan rasa sakit yang sangat parah ke Inggris. Merusak perekonomian dan menghancurkan infrastruktur yang akan menyebabkan ribuan dan ribuan dan ribuan kematian dan menciptakan kekacauan total di dalam negeri."
Menteri Pertahanan Inggris Gavin, yang diangkat PM Theresa May pada Mei 2017, itu menambahkan Kremlin memata-matai infrastruktur utama Inggris.
Williamson merujuk pada pipa interkoneksi bawah laut, yakni listrik dan gas, yang melayani sekitar tiga juta rumah tangga di Inggris. Jumlah pelanggan ini diperkirakan akan meningkat menjadi delapan juta dalam waktu dekat.
"Mengapa mereka terus memotret dan melihat pembangkit listrik, mengapa mereka melihat interkoneksi yang membawa begitu banyak listrik dan begitu banyak energi ke negara kita," jelas Williamson. "Ini adalah ancaman nyata yang saya percaya saat ini sedang dihadapi negara ini."
Peringatan Williamson ini, datang pada pekan yang sama dimana Panglima Militer Inggris, Jenderal Nick Carter, memperingatkan Perdana Menteri May bahwa militernya membutuhkan lebih banyak dana untuk bersaing dengan Rusia dalam semua bentuk peperangan.
Pernyataan Williamson juga muncul saat hubungan Inggris--Rusia sudah berada pada titik terendah sepanjang masa di lebih dari 25 tahun sejak berakhirnya Perang Dingin.