TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Pertahanan AS James Norman Mattis mengatakan penutupan pemerintah atau shutdown akan berperangaruh besar terhadap operasi militer Pentagon di seluruh dunia.
Seperti dilansir CNN, Jumat 20 Januari 2018, Mattis menyebut operasi militer AS di seluruh dunia yang akan terpengaruh antara lain operasi pelatihan, pemeliharaan, dan intelijen.
”Kegiatan pemeliharaan kami mungkin akan cukup banyak yang ditutup. Lebih dari 50 persen, seluruhnya dari angkatan kerja sipil. Kami juga melakukan banyak operasi intelijen di seluruh dunia dan harganya mahal, mereka pasti akan berhenti,” kata Mattis dalam sebuah acara di Johns Hopkins University's School of Advanced International Studies.
Kementerian Pertahanan AS tercatat memiliki 750 ribu karyawan sipil.
Baca juga:
Pemerintahan Trump mulai Tutup Pasca Gagalnya Pengesahan Bujet
Namun Mattis berjanji penutupan pemerintah tidak akan berpengaruh terhadap kemampuan militer AS dalam melindungi warga negara. “Kami akan mempertahankan perlindungan terhadap rakyat Amerika.”
Mattis, yang berbicara dalam sesi tanya jawab setelah berpidato, mengatakan bahwa dia akan pergi akhir pekan ini untuk melakukan perjalanan ke Indonesia dan Vietnam.
Menurut Pentagon, perjalanan Mattis ke Asia akan berlanjut meski terjadi shutdown karena lawatan ini diperlukan untuk keamanan nasional dan hubungan luar negeri AS.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan menyatakan shutdown pemerintah tidak akan berdampak pada perang militer AS di Afghanistan atau operasinya terhadap militan ISIS di Irak dan Suriah.
Pemerintahan AS mengalami penutupan alias shutdown setelah presiden dan senator Demokrat gagal mencapai kesepakatan soal anggaran. Pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer gagal menghasilkan sebuah kesepakatan setelah mereka bersitegang soal pembiayaan imigran yang masuk dalam program DREAMER.