TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Amerika Serikat menyebut serangan militer Turki ke daerah Afrin di perbatasan negara itu dengan Suriah, yang berlangsung sejak Jumat dini hari, sebagai tindakan yang mengganggu stabilitas.
Ketegangan antara AS dan Turki meningkat drastis setelah pemerintah AS menyatakan akan melatih sekitar 30 ribu pasukan, yang sebagian besar merupakan pasukan Kurdi, yang menjadi musuh Turki. Pasukan ini akan beroperasi di daerah perbatasan selatan Turki dan utara Suriah, yaitu di daerah Afrin, yang menjadi bagian Suriah di daerah barat laut.
Baca: Turki Minta Izin Rusia Gunakan Langit Afrin Gempur Pasukan Kurdi
Pemerintah Turki memprotes keras keputusan AS ini dan menyebut itu akan merusak permanen hubungan kedua negara. Ini membuat AS menarik kembali rencana ini dan menyebut pasukan itu hanya untuk mengejar sisa pasukan ISIS.
Baca: Kisah Warga Afrin Digempur Turki Saat Buru Pasukan Kurdi
“Kami tidak percaya operasi militer bisa menciptakan stabilitas regional di kawasan itu, stabilitas Suriah, atau terkait kekhawatiran Turki mengenai keamanan garis perbatasan mereka,” kata seorang pejabat kementerian Luar Negeri AS kepada media, Jumat, 19 Januari 2018.
Sebelumnya, Menlu AS, Rex Tillerson, mengatakan informasi yang menyebar soal ini keliru. “Sangat disayangkan semua situasi ini telah digambarkan secara keliru dan sejumlah oleh keliru bicara,” kata Rex. “Kami tidak menciptakan pasukan keamanan di perbatasan sama sekali.”
Saat ini, AS menaruh sekitar 2000 pasukan di Suriah untuk mengejar kelompok ISIS, melawan pengaruh Iran, dan mendorong terjadinya solusi politik dari konflik perang yang sedang berlangsung.
AS selama ini mendukung pasukan Kurdi dari kelompok YPG yaitu Unit Perlindungan Rakyat Kurdi. Turki melihat kelompok ini sama dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK), yang dianggap kelompok teroris oleh Turki.
Pada Nopember, Presiden AS, Donald Trump, menyatakan negaranya berhenti menyuplai senjata bagi pasukan Kurdi di Suriah. Namun, munculnya informasi soal rencana AS membentuk pasukan di perbatasan dengan diisi mayoritas pasukan Kurdi terlihat berbeda dengan rencana awal tadi.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengungkapkan kemarahannya atas tindakan AS, yang dianggap mendukung Kurdi. Saat ini, pasukan Turki belum menyeberang memasuki wilayah Suriah. Mereka baru melancarkan tembakan menggunakan tank dan rudal secara lintas batas.
REUTERS