TEMPO.CO, Jakarta - Swedia sedang mempersiapkan penerbitan ulang sebuah pamflet, yang terakhir kali disebarkan pada Perang Dunia II hingga akhir Perang Dingin. Buku kecil ini berisi informasi tentang apa yang perlu dilakukan warga Swedia, yang berjumlah sekitar 4,7 juta orang, jika saat ini terjadi perang. Itu dilakukan karena adanya peningkatan agresivitas Rusia di wilayah Eropa.
Buklet yang berjudul "If Crisis or War Comes" memberi tahu warga Swedia mengenai cara untuk berpartisipasi dalam "pertahanan total" negara itu. Berita ini dilansir media CNN dan News.com.au.
Baca: Pesawat Tempur Gripen E, Penantang F-35 dari Swedia, Unjuk Gigi
Ini juga akan menawarkan informasi praktis tentang bagaimana mempersiapkan rumah mereka, mengamankan persedian makanan dan air, dan bahkan pakaian apa yang harus dikemas jika terjadi evakuasi.
Baca: Berkunjung ke Indonesia, Raja Swedia Bahas Kerjasama 4 Sektor Ini
Manual yang diperbarui juga akan memberitahu warga Swedia bagaimana bereaksi jika terjadi serangan teror atau bencana alam dan memberikan saran untuk menangani informasi palsu dan propaganda.
"Semua masyarakat perlu dipersiapkan untuk konflik, bukan hanya militer. Kami belum menggunakan kata-kata seperti pertahanan total atau siaga tinggi selama 25 sampai 30 tahun atau lebih. Jadi pengetahuan di kalangan warga sangat rendah, " kata Christina Andersson, yang memimpin proyek di Swedish Civil Contingencies Agency.
Seperti dilansir CNN pada Kamis, 18 Januari 2018, ketegangan antara Rusia dan Swedia meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Swedia telah semakin khawatir dengan motif Rusia menyusul aneksasi Crimea dari Ukraina oleh negara itu, dukungannya terhadap separatis Ukraina dan keputusannya untuk melakukan latihan militer di dekat Baltik dan Skandinavia.
Sebagai tanggapan, Swedia meningkatkan pengeluaran militernya, memperkenalkan kembali draft itu dan menempatkan pasukan permanen di Gotland, sebuah pulau di Laut Baltik, untuk pertama kalinya dalam 10 tahun.
Swedia juga terlibat dalam latihan perang dengan Amerika Serikat, Finlandia, Denmark, Estonia, Latvia, Prancis dan Norwegia pada bulan September 2017. Itu adalah latihan militer terbesar di negara ini dalam 23 tahun.
Negara Nordik itu juga telah memperbarui perdebatan mengenai apakah akan bergabung dengan NATO, aliansi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, yang dibentuk setelah Perang Dunia II.
"Apa yang tak terpikirkan lima tahun yang lalu tidak lagi tidak terpikirkan, meski masih tidak mungkin. Ini memiliki implikasi kebijakan yang sangat berbeda," kata Martin Kragh, kepala program Rusia di Swedish Institute of International Affairs.
Pamflet, yang dihentikan peredarannya pada 1991 di akhir Perang Dingin, itu akan didistribusikan selama Pekan Kesiapsiagaan Darurat Swedia pada akhir Mei, seperti dilansir media Quartz.