TEMPO.CO, Jakarta - Cape Town, kota kedua terpadat populasinya di Afrika Selatan, akan kehabisan air bersih untuk konsumsi penduduknya dalam tempo 90 hari atau Maret 2018, menurut sejumlah ahli. Sedangkan Wali Kota Cape Town Patricia De Lille memperkirakan persediaan air habis total pada 22 April mendatang, berdasarkan perhitungan konsumsi sehari-hari warganya.
Dengan begitu, kota yang berpenduduk sekitar 4 juta jiwa ini akan menjadi kota pertama di dunia yang kehabisan air bersih dan belum memiliki solusi untuk mendapatkan air bagi kehidupan sehari-hari penduduknya, mengutip Metro.co.uk, Senin, 15 Januari 2018.
Baca: Dampak Krisis Air Bersih: Satu dari Lima Bayi Meninggal
Sejauh ini, pejabat kota Cape Town baru membuat sejumlah aturan untuk menghemat air secara besar-besaran. Misalnya, setiap orang dibatasi hanya boleh menggunakan 87 liter air per hari.
Mandi akan dibatasi hanya tak lebih dari dua menit. Tidak dibolehkan membersihkan toilet kecuali jika sangat diperlukan. Tidak boleh menyiram tanaman.
Warga diminta mendaur ulang air mandi dan membatasi untuk mencuci perlengkapan makan dan dapur serta mencuci pakaian di toilet-toilet umum.
Baca: Satu dari 10 Penduduk Dunia Tak Miliki Akses ke Air Bersih
Setiap warga juga dilarang mencuci mobil atau kendaraan mereka dan tidak diperbolehkan mengisi air ke kolam renang mereka.
Kapasitas bendungan-bendungan air di Cape Town tinggal 13,5 persen. Ini artinya suplai air ke kota itu akan berhenti kecuali untuk tempat layanan masyarakat yang sangat penting seperti rumah sakit.
Cape Town mengalami kekeringan panjang selama tiga tahun terakhir. Sedangkan populasi penduduk meningkat, dan itu artinya konsumsi air pun meningkat.
Baca: Krisis Air Bersih di Papua Nugini dan India Tinggi
Pemerintah Cape Town saat ini berusaha membuat bendungan yang mengubah air laut layak untuk diminum.
Selain itu, akan dibuat program daur ulang air dan menggali sumber air di bawah tanah. "Jika kami menggali air dari dalam, kami akan mendapatkan volume air lebih besar dan harga air akan lebih murah dibanding jenis tambahan lain yang sedang kami kerjakan," kata De Lille, seperti dikutip dari SBS News, Selasa, 16 Januari 2018.