TEMPO.CO, Jakarta - Badan otoritas Hawaii, yang bertugas melindungi penduduk, menjadi target ancaman pembunuhan menyusul kesalahan peringatan rudal dan menimbulkan kehebohan akhir pekan lalu.
Adanya ancaman itu diketahui melalui pengumuman yang dirilis pada Ahad, 14 Januari 2018.
Baca: Trump Dikritik Pilih Golf Dan Abaikan Hawaii Soal Serangan Rudal
Seorang juru bicara Hawaii Emergency Management Agency (HEMA) mengkonfirmasi ancaman itu terjadi melalui saluran telepon umum.
Baca: Bekas Menhan AS: Perang Nuklir Bisa Terjadi Karena Insiden Hawaii
"Kami memahami bahwa anggota komunitas kita marah dengan peringatan palsu hari Sabtu. Meskipun kami menghadapi ancaman serius, kami melakukan yang terbaik untuk tidak meningkatkan situasi," demikian pernyataan HIEMA, seperti dilansir Hawaii News pada Ahad, 14 Januari 2018 waktu setempat.
Pada Sabtu, 13 Januari 2018, sekitar pukul 08.07, alarm rudal berbunyi disusul pesan ke ponsel warga di Hawaii: "Ancaman rudal masuk ke Hawaii. Carilah tempat penampungan segera, ini bukan latihan."
Pejabat darurat mengatakan hal itu terjadi ketika seorang pekerja HEMA, yang telah bekerja selama 10 tahun, menekan tombol yang salah saat perubahan shift rutin.
Ini menimbulkan teror kepanikan dan ketidakberdayaan menyebar ke seluruh Hawaii. Orang-orang berkumpul untuk mencari tempat berlindung. Beberapa keluarga bahkan masuk ke lubang darurat di sekitar rumahnya.
Di Manoa, keluarga Durkin meringkuk di bunker bawah tanah, yang dibangun di rumah mereka setelah serangan Jepang pada tahun 1941 di Pearl Harbor.
"Kami baru saja mulai melemparkan persediaan ke tempat penampungan bom dan menutup bagian atas dan membawa telepon kami untuk melihat perkembangan," kata Paraluman Stice-Durkin.
"Kami berlari dan saya benar-benar panik," tambah anaknya yang berusia 13 tahun, Mati Durkin.
Tapi tidak semua orang beruntung. Dean Sensui mengatakan dia mencoba berlari ke Walmart Pearl City namun diminta keluar.
"Ini sangat mengerikan perilaku seperti itu," kata warga Hawaii. "Inilah komunitas yang mendukung toko dan kemudian manajemen toko membelakangi mereka saat mereka sangat membutuhkannya. Hati nurani macam apa itu? Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?"