TEMPO.CO, Jakarta - Iran mencabut pemblokiran media sosial Telegram setelah unjuk rasa di berbagai kota diklaim aparat keamanan Iran sudah berakhir. Kantor berita ISNA melaporkan Presiden Hassan Rouhani telah memerintahkan untuk mencabut pemblokiran Telegram.
Jurnalis AFP, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu, 14 Januari 2018, sudah bisa kembali mengakses Telegram.
Baca: Unjuk Rasa di Iran, Sedikitnya 8.000 Orang Ditahan
"Informasi mengenai penyaringan Telegram berakhir adalah benar," ujar juru bicara Kementerian Telekomunikasi Iran kepada AFP.
Sekitar 25 juta warga Iran saat ini merupakan pengguna Telegram. Ketika unjuk rasa berlangsung selama lima hari, warga Iran tidak dapat mengakses Telegram dari telepon seluler mereka.
Selain itu, Twitter, Facebook, Instagram, dan YouTube tidak bisa diakses saat aksi unjuk rasa pecah di kota-kota besar, termasuk Teheran, ibu kota Iran.
Baca: 3 Demonstran Iran Tewas Dalam Tahanan Polisi, Aktivis Meradang
Keputusan Rouhani memblokir Telegram dianggap tidak sejalan dengan pidato pertamanya dalam konferensi kebebasan sipil pada 19 Desember 2017 atau tiga minggu sebelum unjuk rasa pecah.
"Kami tidak akan memfilter media sosial. Menteri telekomunikasi kami berjanji kepada masyarakat bahwa dia tidak akan pernah menyentuh tombol penyaringan," ucap Rouhani.
Baca: Unjuk Rasa Berlanjut, Iran Ancam Blokir Media Sosial
Pemerintah Iran menuding musuhnya dari luar telah mendorong terjadinya unjuk rasa melalui media sosial Telegram.
Rouhani juga menuding oposisi konservatif menggunakan unjuk rasa ini untuk menekan agar dilakukan sensor secara meluas. Kelompok konservatif Iran menyerukan agar Instagram dan Telegram diganti dengan aplikasi online lokal.