TEMPO.CO, Jakarta - Iran menahan sedikitnya 8.000 pengunjuk rasa yang pecah di sejumlah kota sejak 28 Desember 2017. Sejumlah laporan menyebutkan unjuk rasa ini disulut masalah ekonomi dan pengangguran di Iran. Namun itu dibantah pemerintah.
Menurut Iran, demonstrasi yang marak di berbagai tempat itu didalangi agen rahasia Amerika Serikat dan Israel, yakni CIA dan Mossad, dengan didanai Arab Saudi.
Baca: Trump Dukung Unjuk Rasa Iran, Rouhani Bilang Ini
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Berita Tasnim, para demonstran, kebanyakan ulama, menghadiri demonstrasi pro-pemerintah di kota suci Qom selatan ibukota Teheran, Iran, 3 Januari 2018. AP
Sepekan sebelumnya, anggota parlemen Iran, Mahmoud Sadeghi, mengatakan jumlah orang yang ditahan mencapai 3.700. Namun sekarang jumlahnya kian meningkat.
Baca Juga:
Pada 2 Januari 2018, Wakil Gubernur Teheran mengatakan pasukan keamanan menahan 450 orang di Teheran.Demonstran pro-pemerintah berbaris di Arak, Iran, 3 Januari 2018. Sebanyak 450 lain dikabarkan ditangkap akibat unjuk rasa yang diwarnai aksi kekerasan. Iran Press via AP
"Pada 30-31 Desember 2017, petugas keamanan menahan 396 orang di Arak dan beberapa kota lain di Provinsi Tengah," kata Kepala Kehakiman Provinsi Tengah, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat, 12 Januari 2018.
Baca: Soal Unjuk Rasa, Iran Kritik Balik Kanada
Demonstrasi di Iran ini, menurut sejumlah pengamat, tergolong terbesar sejak unjuk rasa pada 2009 yang menentang kemenangan Presiden Mahmoud Ahmadinejad untuk jabatan kedua. Selain mengakibatkan sedikitnya 22 orang tewas, aksi massa di Iran ini menyebabkan setidaknya 450 orang cedera.