TEMPO.CO, Jakarta - Pangkalan militer Rusia di Suriah mendapat serangan rombongan pesawat nirawak berukuran mini atau drone mini pada Sabtu, pagi 6 Januari 2017. Serangan ini terjadi pada pangkalan militer Rusia di pangkalan udara Khmeimim di Provinsi Latakia, yang menjadi pusat operasi militer Rusia di Suriah.
"Militer Rusia menyatakan berhasil menembak jatuh 13 drone dan membuat sisanya mendarat menggunakan teknologi elektronik sehingga drone itu tidak rusak," begitu dilansir, Rabu, 10 Januari 2018.
Baca: Rusia Minta AS Tidak Intervesi Domestik Iran, Soal Apa?
Serangan drone ini terjadi kurang dari sepekan setelah dua tentara Rusia terbunuh akibat serangan mortar juga di pangkalan yang sama. Serangan mortar itu juga merusak sejumlah bangunan fisik di pangkalan itu.
Baca: Rusia Tuduh AS Latih Eks ISIS untuk Kacaukan Suriah
Serangan drone dan mortar ini menjadi tantangan terbaru bagi pasukan Rusia sejak keterlibatannya di Suriah pada September 2015. Menjelang akhir tahun lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyambangi markas pasukannya di Suriah dan menyatakan kemenangan atas kelompok teroris ISIS, yang sempat menguasai beberapa kota di Suriah.
Pada Selasa, 9 Januari 2018, Kementerian Pertahanan Rusia menuding serangan drone mini canggih ini sebagai operasi militer AS. Ini karena teknologi drone canggih itu tidak dimiliki kelompok bersenjata manapun di Suriah.
"Pesawat pengintai Poseidon terbang di kawasan itu selama empat jam selama serangan drone berlangsung," begitu bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia di akun Facebooknya.
Namun, tudingan Rusia ini dibantah juru bicara Pentagon, Eric Pahon, dengan mengatakan tudingan itu keliru. Pahon menuding bahwa serangan drone sering digunakan pasukan ISIS di kawasan Timur Suriah dan Irak terhadap pasukan AS.
Namun, menurut media SCMP, posisi gerilyawan ISIS sekitar ratusan kilometer dari pangkalan Khmeimin sehingga membuat kelompok ini kecil kemungkinan terlibat dalam serangan drone canggih itu. Menurut media SCMP, Kementerian Pertahanan AS telah beberapa kali menunjukkan uji coba serangan menggunakan drone mini namun tidak dipersenjatai.
Menurut media SCMP dengan mengutip media lokal Suriah bahwa ada serangan drone mematikan terhadap pangkalan Mediteranian Pelabuhan Tartus pada saat yang sama dengan serangan di Khmeimim.
"Mereka pikir pangkalan ini aman ternyata tidak," kata Maxim Suchkov dari Deann Urusan Internasioal Rusia. Ini menimbulkan pertanyaan di Moskow apakah pangkalan itu cukup mendapat perlindungan atau gagal mendeteksi serangan menggunakan teknologi baru.
Serangan ini juga menimbulkan pertanyaan apakah Rusia akan melanjutkan rencananya mengurangi jumlah pasukan di Suriah. Jennifer Cafarella dari Study of War, yang merupakan lembaga studi berbasis di Washington, mengatakan serangan itu menunjukkan pelaku bisa mempenetrasi area yang dikuasai pemerintah Suriah dan menimbulkan kerugian kepada Rusia. "Ini membuat keberhasilan pemerintah Suriah bisa disebut temporer saja," kata dia.