TEMPO.CO, Jakarta -Penerbitan buku Fire and Fury: Inside The Trump White House yang menuai kontroversi kini menjadi sorotan menyusul catatan sejumlah jurnalis yang mempertanyakan keakuratan data dan penulisan sang pengarang, Michael Wolff.
Seperti dilansir CNBC, Senin 8 Januari 2018, sejumlah jurnalis yang meliput di Gedung Putih, diantaranya wartawan senior Maggie Haberman dari The New York Times, mengkritik akurasi Wolff.
"Saya percaya bahwa sejumlah bagian dalam buku ini sudah benar, tetapi ada pula yang salah,” kata Haberman dalam wawancara dengan CNN. “Dia (Wolff) menulis narasi yang secara umum benar, tetapi detailnya kerap salah.”
Baca juga:
Penulis Buku 'Fire and Fury' Yakin Trump Bakal Jatuh, Alasannya?
Haberman mencontohkan, dalam buku itu ditulis taipan media asal Inggris Rupert Murdoch menyebut Trump sebagai "a f-----g idiot.” Padahal di media lain, Wolff menulis Murdoch menyebut Trump sebagai "a f-----g moron."
Haberman juga menyebut bahwa Wolff menulis CNN-lah yang mempublikasikan dokumen yang dikumpulkan bekas agen Inggris Christopher Steele. Dokumen ini berisi dugaan keterlibatan kubu Trump dengan Rusia dalam pemilu presiden Amerika Serikat 2016.
“Padahal dokumen itu dimuat pertama kali oleh laman Buzzfeed.com.”
Koreksi juga datang dari wartawan Washington Post, Mark Berman. Wolff menulis bahwa Berman berada di restoran Hotel Four Season ketika Ivanka Trump sedang sarapan pagi di tempat itu. Berman melalui akun Twitternya menegaskan dirinya tak berada di sana.
“Saya yakin 100 persen tidak berada di Four Seasons pagi itu karena anak saya sedang lahir,” kicau Berman melalui akun @markberman.
Sebelumnya Trump melalui akun Twitternya menyatakan bahwa buku Fire and Fury hanyalah fiksi belaka. “Michael Wolff adalah pecundang yang membuat cerita bohong untuk menjual bukunya yang membosankan dan tidak realistis.”
Trump memang sangat geram atas penerbitan buku yang menjadi terjual sangat laris karena menggambarkannya sebagai pria yang tidak layak menjadi presiden dan kemungkinan mengalami gangguan mental.