TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Ankara lelah menanti proses keanggotan di Uni Eropa berjalan lamban.
"Kami tidak selamanya meminta bergabung dengan blok Eropa tersebut," ucapnya seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu, 6 Januari 2018.
Baca: Referendum Kontitusi Turki, Koyak Hubungan Dengan Eropa
Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan pidato selama reli pendukung sehari setelah referendum, di luar Istana Kepresidenan, di Ankara, Turki, 17 April 2017. AP/Burhan Ozbilici
Pernyataan Erdogan yang disampaikan pada Jumat, 5 Januari 2018, itu ketika dia berkunjung ke Paris untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Kami tidak bisa melanjutkan permintaan terus menerus ke Uni Eropa. Silahkan terima kami," kata Erdogan dalam acara jumpa pers bersama.
Pada pertemuan dengan wartawan tersebut, Erdogan mengatakan bahwa Uni Eropa sengaja meminta Turki menunggu di depan pintu selama bertahun-tahun.Masjid Sehitlik yang dikelola oleh Turkish-Islamic Union for Religious Affairs (DITIB) di Berlin, Jerman, 3 Oktober 2017. Pada abad ke-18 M, Kesultanan Turki Usmani (Ottoman) tercatat sebagai sebuah kerajaan besar di dunia. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Afrika, Timur Tengah, hingga daratan Eropa. REUTERS
Turki melamar menjadi anggota di Komunitas Ekonomi Eropa yang berganti nama menjadi Uni Eropa itu pada 1987. Turki dianggap memenuhi syarat menjadi angota Uni Eropa pada 1997 dan mulai melakukan pembicaraan pada 2005. Namun demikian, hingga saat ini tidak ada kemajuan sama sekali bahkan dibekukan selama bertahun-tahun tanpa ada kemajuan.
Baca: Belgia: Keinginan Turki Menjadi Anggota Uni Eropa Harus Ditolak
"Ketika hal itu kami tanyakan alasannya, Uni Eropa tidak bisa menjelaskan kepada kami," kata Presiden Turki ini.