TEMPO.CO, Seoul -- Pemerintah Korea Selatan mengakui tidak memiliki bukti kuat bahwa pemerintah Korea Utara telah menggunakan dana para pekerjanya, yang dibayar perusahaan Korea Selatan, untuk membiayai program pengembangan teknologi senjata.
Tudingan ini, awalnya, membuat Korea Selatan memiliki alasan untuk menutup kawasan industri moderen Kaesong pada tahun lalu.
Baca: Korea Selatan: Korea Utara dan Amerika Serikat Dialog Damai 2018
"Kementerian Unifikasi Korea menanggapi temuan dari panel yang mengkontradiksi klaim mengenai uang ditransfer oleh Korea Utara untuk pengembangan senjata nuklir dan program misil, yang melanggar sanksi PBB," begitu dilansir Reuters, Kamis, 29 Desember 2017.
Baca: AS Beri Sanksi kepada Dua Ahli Rudal Korea Utara
Seperti diberitakan pada tahun lalu, Korea Selatan menuding Korea Utara menggunakan uang yang dibayarkan kepada pegawai asal Korea Utara di kawasan industri bersama Kaesong disalahgunakan untuk membiayai program senjata. Saat itu, Korea Selatan menutup kawasan industri itu terlebih setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak jauh.
Uniknya dua bulan setelah Presiden Moon Jae-in terpilih di Korea Selatan pada Juli lalu, pemerintah mengakui belum ada bukti kuat untuk mendukung tudingannya kepada Korea Utara.
Saat ini, Korea Utara dan Korea Selatan mengalami ketegangan sejak kedua negara memutuskan untuk melakukan gencatan senjata pada 1950an. Korea Utara berulang kali melakukan uji coba senjata nuklir dan rudal balistik, yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Pada Jumat pekan lalu, DK PBB akhirnya menjatuhkan sanksi ekonomi berat kepada Korea Utara dengan mencukur suplai minyak mentah dan olahan yang boleh dijual kepada negara itu. Korea Utara menyebut sanksi besutan Amerika Serikat ini sebagai tindakan perang dan berjanji menghukum semua negara yang mendukung yaitu 15 negara anggota DK PBB.
Uniknya, Cina dan Rusia, yang merupakan sekutu dekat Korea Utara ikut mendukung sanksi ini. Keduanya bahkan telah menggelar latihan bersama cara melacak pergerakan rudal sebagai antisipasi pasca uji coba peluncuran rudal Hwasong - 15 pada 29 Nopember lalu.
REUTERS | SCMP