TEMPO.CO, Bethlehem -- Pastor Bethlehem mengkritik keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengakui status Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pastor Dr. Mitri Raheb dari Evangelical Lutheran Christmast Church di Bethlehem mengatakan Trump akan segera belajar bahwa bangsa Palestina tidak bisa disuap untuk meninggalkan ikatan mereka ke kota suci Yerusalem.
Baca: Soal Yerusalem, Guatemala Mempertahankan Keputusannya
"Sepertinya Presiden Trump berpikir hanya sebagai seorang pengusaha yang meyakini semua bisa dijual dan dengan uang Anda bisa membeli apa saja," kata Raheb, yang juga presiden Dar al-Kalima University College of Arts and Culture. "Tapi Kota Yerusalem tidak untuk dijual."
Baca: Palestina Kecam Sikap Guatemala Soal Yerusalem
Raheb mengomentari keputusan Sidang Umum Istimewa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin yang mengecam keputusan Trump untuk mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Trump juga mengatakan akan memindahkan kantor kedutaan besar AS di Tel Aviv ke Yerusalem.
PBB memutuskan 128 negara mendukung resolusi besutan Mesir, yang menolak perubahan status Kota Yerusalem sebagai kota internasional dan perubahan komposisi demografis penduduknya.
Resolusi itu juga meminta negara-negara anggota PBB tidak memindahkan kantor misi diplomatiknya ke Yerusalem. Sembilan negara menolak resolusi ini termasuk AS. 35 negara memilih abstain dan 21 negara lainnya memilih absen tidak mengikuti proses voting.
Raheb mengingatkan citra AS dan pengaruh kekuatan diplomasinya (soft power) menjadi rusak karena keputusan Trump itu, yang telah mengundang kritik dari berbagai negara. Dua sekutu AS di Dewan Keamanan PBB seperti Inggris dan Perancis mendukung resolusi seperti halnya Uni Eropa.
Raheb menilai posisi AS sebagai pendukung demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan di seluruh dunia menjadi rusak karena keputusan kontroversial Trump soal Yerusalem ini.
Sebaliknya, Israel mendukung penuh keputusan Trump dan belakangan menghadiahinya dengan pemberian nama stasiun kereta bawah tanah di dekat Tembok Barat, Yerusalem, dengan menggunakan nama Trump.
SPUTNIK NEWS | REUTERS | GUARDIAN