TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan mengatakan Korea Utara akan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat pada tahun depan.
Dalam prediksi resminya, pemerintah Korea Selatan beralasan Korea Utara akan melanjutkan dialog diplomatik dengan Washington untuk mencari pengakuan internasional atas statusnya sebagai negara bersenjata nuklir.
Baca: Korea Utara Kecam Sanksi DK PBB sebagai Tindakan Perang
"Korea Utara dapat terus meningkatkan kemampuan nuklir dan misilnya saat mencari jalan keluar secara eksternal," kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan dalam prediksinya untuk Korea Utara pada 2018.
Baca: Dukung Sanksi DK PBB Atas Korea Utara, Ini Kata Cina
"Dalam mencari pengakuan statusnya sebagai negara dengan kepemilikan nuklir secara de facto, (Korea Utara) akan mengeksplorasi kemungkinan perundingan dengan Amerika Serikat," demikian pernyataan Kementerian Unifikasi Korea Selatan, seperti yang dilansir USA Today pada 26 Desember 2017.
Sebelumnya, beberapa diplomat Amerika Serikat, termasuk Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, mengindikasikan mereka akan mendukung pembicaraan dengan Korea Utara. Namun ditentang Presiden Donald Trump.
Trump percaya pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, harus terlebih dahulu berkomitmen menghentikan program pengembangan senjata nuklir negara itu sebelum perundingan bisa dimulai, sesuatu yang Kim juga secara konsisten tidak akan melakukannya. Tidak ada reaksi langsung dari Gedung Putih atau Korea Utara mengenai prediksi Korea Selatan ini.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang mempromosikan penyatuan kembali kedua Korea yang terbagi sejak 1945, mengatakan Korea Utara juga kemungkinan akan melakukan upaya pada tahun depan untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Korea Selatan. Korea Utara akan memantau pidato Kepala Negara Korea Utara yang akan dilangsungkan pada tanggal 1 Januari 2018 untuk mengetahui kemungkinan tersebut.
AS menginginkan Korea Utara menanggalkan semua program senjata nuklir dan rudal balistik karena dinilai membahayakan negara itu dan juga negara-negara lain. Cina dan Rusia juga telah berlatih bersama untuk melacak pergerakan rudal Korea Utara ini.
USA TODAY|NEWS WEEK | REUTERS