TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa Agung Teheran, Abbas Jafari Dowlatabadi, mengatakan Ahmadreza Jalali, yang dituding sebagai mata-mata yang membantu badan intelijen Israel Mossad membunuh ilmuwan energi nuklir Iran, telah dijatuhi hukuman mati.
Dowlatabadi menambahkan dia sebelumnya bertemu dengan Jalali yang divonis mati oleh majelis hakim karena tindakan spionase untuk kepentingan Israel.
Baca: Iran Gantung Pembunuh Ahli Nuklir
Hasil pencitraan Satelit GeoEye ISIS tentang bangunan yang diduga pusat pengembangan persenjataan nuklir Iran.
"Dalam pertemuan itu, dia mengaku bertemu dengan agen intelijen Israel delapan kali," kata Dowlatabadi seperti ditulis Mehr News, Senin, 25 Desember 2017.
Keterangan ini disampaikan Dowlatabadi, Ahad, 24 Desember 2017, di depan peserta pertemuan ke-21 Dewan Deputi Jaksa Agung Teheran.
"Jalali memiliki gelar PhD dan seorang sarjana nuklir. Sementara istrinya bekerja sebagai seorang ahli di Organisasi Ernergi Atom Iran dan sudah dipecat," bunyi keterangan majelis hakim ketika menyidangkan kasus Jalali.
Selama pertemuan dengan agen Mossad, jelas Dowlatabadi, Jalali menerima sejumlah uang.
Negosiator nuklir Iran, Abbas Araghchi. REUTERS/Raheb Homavandi
Dia mendapatkan tugas memberikan nama pejabat Iran dan informasi sekitar kegiatan para direktur Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) serta Kementerian Pertahanan Iran kepada para pejabat Mossad.
"Menurut pengakuannya, Jalali memberikan informasi lokasi energi atom, para direktur senior AEOI, Kementerian Pertahanan dan organisasi pendukungnya, rencana dan plot, peta sejumlah gedung kepada agen Mossad," kata Dowlatabadi.
Baca: Israel Minta Dunia Bersatu Melawan Iran
Selain kegiatan mata-mata ini, Jalali juga memberikan informasi rahasia mengenai penelitian, militer, pertahanan dan proyek atom Iran. Jalali mendapatkan sejumlah uang dan menjadi warga negara Swedia bersama keluarganya.