TEMPO.CO, Manila - Badai Tembin di Filipina selatan menimbulkan banyak korban karena masyarakat kurang memperhatikan peringatan cuaca dari lembaga terkait.
"Mereka tidak memperhatikan peringatan dini karena berpikir itu hanya badai kecil tapi ternyata hujan makin deras," kata Manuel Luis Ochotoren, seorang petugas penanganan bencana seperti dilaporkan Reuters dan dilansir CBS News, Sabtu, 23 Desember 2017.
Baca: Badai Tropis Hantam Filipina, 90 Orang Tewas
Para korban badai Tembin rata-rata berada di dua provinsi yaitu Lanao del Norte dan Lanao del Sur serta di kawasan Semenanjung Zamboanga.
Menurut Romina Marasigan dari lembaga penanganan bencana, ada sekitar 75 korban tewas karena terkena longsor dan banjir.
Baca: Badai Urduja Picu Tanah Longsor di Filipina, 27 Orang Tewas
Namun, menurut laporan yang dilansir Guardian, jumlah korban tewas hingga Sabtu kemarin telah mencapai lebih dari 180 orang dengan 139 lainnya masih hilang. Proses pencarian para korban banjir di desa nelayan Anungan masih berlangsung dengan 30 orang dinyatakan hilang dan lima mayat telah ditemukan.
"Air bah dari arah pegunungaan datang begitu cepat dan menyapu orang-orang dan rumah," kata Bong Edding, walikota Sibuco di Provinsi Zamboangan del Norte. Dua provinsi lainnya yang juga terkena badai ini adalah Lanao del Norte dan Lanao del Sur. Ini sangat menyedihkan karena Natal sebentar lagi tapi ini terjadi diluar kendali kami."
Edding menyalahkan penebangan hutan di kawasan pegunungan, yang terjadi selama bertahun-tahun, sebagai penyebab tragedi ini. Dia berjanji akan menghentikan operasi pembalakan hutan di Filipina ini.
CBS NEWS | REUTERS | GUARDIAN