TEMPO.CO, Manila -- Badai tropis Tembin menyebabkan banjir, dan longsor di kawasan Filipina selatan dengan korban tewas mencapai lebih dari 180 orang. 139 orang dikabarkan masih hilang.
Proses pencarian para korban banjir di desa nelayan Anungan masih berlangsung dengan 30 orang dinyatakan hilang dan lima mayat telah ditemukan.
Baca: Badai Tropis Hantam Filipina, 90 Orang Tewas
Baca: Badai Urduja Picu Tanah Longsor di Filipina, 27 Orang Tewas
Edding menyalahkan penebangan hutan di kawasan pegunungan, yang terjadi selama bertahun-tahun, sebagai penyebab tragedi ini. Dia berjanji akan menghentikan operasi pembalakan hutan ini.
Seorang pejabat lainnya mengatakan petugas masih mengkonfirmasi adanya sebuah desa yang terkubur longsor. Jaringan komunikasi dan listrik di area terdampak terputus sehingga menyulitkan koordinasi penanggulangan bencana.
Menurut petugas penanganan bencana, Manurel Luis Ochotorena, para korban tidak memperhatikan peringatan diri dari lembaga resmi. "Mereka (para korban) pikir ini hanya badai kecil tapi ternyata hujan terus," kata dia.
Di Provinsi Zamboanga ada 42 orang dikabarkan tewas, yang tersebar di kota Sibuco dan Salug. Lalu ada 18 korban tewas di Provinsi Bukidnon dengan 64 orang dikabarkan hilang. Sebuah kapal ferry tenggelam di dekat Provinsi Quezon akibat gelombang tinggi dengan lima tewas dan 250 orang berhasil diselamatkan.
Badai Tembin ini, yang dikenal sebagai Vinta oleh penduduk lokal Filipina, menguat di laut Sulut dan semakin cepat pada Sabtu kemarin. Kecepatan maksimal mencapai 105 -- 145 kilometer per jam. Badai ini akan menyambangi kawasan Laut Cina Selatan pada Ahad, 24 Desember 2017.
GUARDIAN | REUTERS | CBS NEWS